Indeks bursa Amerika Serikat Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Senin (1/4). Hal ini karena rilis data inflasi AS terbaru.
Dow Jones turun 0,6% menjadi 39.566,85 dan S&P 500 terkoreksi 0,2% ke level 5.243,77. Sementara itu, Nasdaq Composite menguat 0,11% menjadi 16.396,83.
Amerika mencatatkan core PCE, tidak termasuk harga makanan dan energi, naik 2,8% secara tahunan pada Februari. Core PCE secara bulanan naik 0,3%.
Setelah pengumuman tersebut, indeks saham Wall Street anjlok. Kepala Strategi Global di LPL Financial Quincy Krosby menilai, pasar sudah mencapai titik jenuh beli dalam berbagai aspek. Menurut dia, kemungkinan besar investor kembali mendengar kabar negatif tentang situasi ekonomi.
"Pasar perlu mengalami koreksi agar dapat menarik lebih banyak dana dari akun-akun pasar uang dan memperoleh sentimen yang lebih positif," kata Krosby dikutip dari CNBC Internasional, Senin (1/4).
S&P 500 melonjak 10,2% sejak awal tahun atau mencatatkan kinerja kuartal pertama terbaik sejak 2019. Dow Jones Industrial Average juga naik 5,6% dan Nasdaq Composite 9,1%.
Setelah tren peningkatan tersebut, investor kini berhati-hati terkait kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika The Federal Reserve tahun ini, dan seberapa cepat regulator mencapai target inflasi 2%.
Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan pada Jumat (28/3), bawa pertumbuhan ekonomi Amerika tetap solid dan tingkat inflasi masih berada di atas target yang ditetapkan.
Dalam wawancara dalam program ‘Marketplace’ di radio, ia menyatakan belum ada kebutuhan mendesak untuk memangkas suku bunga. Ia menyebut perekonomian dan pasar tenaga kerja kuat, dengan tingkat inflasi yang menurun.
Namun, menurut CME FedWatch Tool, ada kemungkinan 58% The Fed memangkas suku bunga acuan pada pertemuan Juni.
Imbal hasil obligasi naik pada Senin (1/4) karena investor mempertimbangkan pernyataan Jerome Powell sebelumnya. Imbal hasil Treasury 10-tahun naik hampir 13 basis poin menjadi 4,319%.