Pengelola Dana Terbesar di Dunia Cuan Rp 1.760 T dari Saham Teknologi

Pexels
Government Pension Fund Global melaporkan laba kuartal pertama tahun ini mencapai 1,2 triliun kroner atau sekitar Rp 1.760 triliun.
Penulis: Hari Widowati
19/4/2024, 15.11 WIB

Government Pension Fund Global, pengelola dana pemerintah (sovereign wealth fund) terbesar di dunia, melaporkan laba kuartal pertama tahun ini mencapai 1,2 triliun kroner atau sekitar Rp 1.760 triliun. Lonjakan keuntungan ini merupakan berkah dari investasi perusahaan di saham-saham teknologi.

Perusahaan pengelola dana milik pemerintah Norwegia ini menggambarkan investasi di saham pada kuartal pertama 2024 memberikan imbal hasil yang bagus. Adapun investasi di sektor real estat dan energi terbarukan masih negatif.

Imbal hasil investasi perusahaan di saham mencapai 9,1% sedangkan instrumen pendapatan tetap (obligasi) memberikan imbal hasil -0,4%. Adapun investasi pada real estat -0,5%.

Dana pensiun itu mengatakan bahwa imbal hasil dari infrastruktur energi terbarukan yang tidak terdaftar turun lebih dalam, yakni -11,4%. Imbal hasil dana tersebut 0,1 poin persentase lebih rendah daripada indeks acuan.

Melansir CNBC, Government Pension Fund Global didirikan pada tahun 1990-an untuk menginvestasikan surplus pendapatan Norwegia dari sektor minyak dan gas. Hingga saat ini, perusahaan telah menginvestasikan dana di lebih dari 8.800 perusahaan di lebih dari 70 negara di seluruh dunia.

Trond Grande, Wakil CEO Norges Bank Investment Management, mengatakan investasi ekuitas dana pensiun ini memiliki keuntungan yang sangat kuat di kuartal pertama, terutama didorong oleh investasi di saham sektor teknologi.

Ketika ditanya oleh CNBC apakah dia khawatir tentang pelemahan saham beberapa raksasa teknologi AS yang disebut Magnificent Seven, Grande mengatakan para pelaku pasar tengah menilai kembali pandangan mereka terhadap perusahaan-perusahaan ini.

The Magnificent Seven adalah Apple, Amazon, Alphabet, Meta, Microsoft, Nvidia, dan Tesla. "Kami memiliki Magnificent Seven tahun lalu. Hal itu yang mendorong imbal hasil pada kuartal I tahun ini," ujar Grande dalam "Street Signs Europe" di CNBC, pada Kamis (18/4).

Menurutnya, saham Nvidia masih terus melaju seiring antusiasme investor terhadap perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Namun, saham teknologi lainnya seperti Tesla dan Apple menunjukkan pelemahan. "Jadi, jelas pasar mengambil pandangan yang lebih bernuansa pada perusahaan-perusahaan ini dan model bisnis mereka," ujarnya.