Indeks Nasdaq anjlok selama enam hari berturut-turut karena harga saham raksasa teknologi melorot di tengah konflik Iran – Israel. Indeks S&P juga melorot.
Nasdaq anjlok 5,5% selama sepekan. Indeks teknologi ini membukukan penurunan mingguan keempat berturut-turut atau rekor negatif terpanjang sejak Desember 2022.
Indeks Nasdaq juga menandai kinerja mingguan terburuk Nasdaq sejak November 2022.
Indeks S&P 500 juga anjlok lebih dari 5% atau terendah sejak Maret 2023. Ini karena meningkatnya kekhawatiran seputar inflasi dan kebijakan moneter.
Para ekonom memperkirakan bank sentral Amerika The Fed setidaknya baru akan menurunkan suku bunga acuan pada September.
“Ada sejumlah arus silang yang sedang dicerna oleh pasar,” kata Direktur Investasi di US Bank Wealth Management Bill Northey dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (20/4). “Inflasi sedikit lebih bermasalah daripada perkiraan pasar, atau bahkan The Fed.”
Sementara itu, Dow Jones naik tipis 0,01% selama sepekan. Ini merupakan kinerja minggu positif pertama dalam tiga minggu terakhir.
Pada perdagangan Jumat (19/4). Nasdaq turun 2,05% menjadi 15.282,01 dan S&P melorot 0,88% menjadi 4.967,23. Sementara itu, Dow Jones naik 0,56% menjadi 37,986.40.
Indeks Nasdaq turun salah satunya karena harga saham Netflix merosot lebih dari 9%. Padahal pendapatan secara kuartalan alias quarter to quarter (qtq) melonjak dan jumlah pelanggan naik 16% secara tahunan atau year on year (yoy).
Lalu, harga saham raksasa cip Nvidia tergelincir 10% atau yang terburuk sejak Maret 2020 karena dampak konflik geopolitik dan tingginya inflasi. Begitu juga harga saham Mikro anjlok lebih dari 23%.
Kejatuhan harga saham emiten teknologi memberikan tekanan pada pasar. Investor khawatir atas intensifikasi konflik Timur Tengah setelah serangan Israel ke Iran.
“Investor masih sangat gelisah,” kata Ketua Sanders Morris George Ball. “Investor jauh lebih sadar akan risiko geopolitik saat ini dalam pengambilan keputusan mereka dibandingkan sebelumnya.”