Laba UNTR Anjlok 15% jadi Rp 4,5 T pada Kuartal I, Apa Penyebabnya?

dokumen
Ilustrasi. Laba emiten berkode saham UNTR ini anjlok akibat pendapatan yang turun hingga rugi selisih kurs.
30/4/2024, 09.46 WIB

PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan laba bersih sebesar Rp 4,5 triliun di kuartal I 2024, turun 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 5,3 triliun. Laba emiten berkode saham UNTR ini turun akibat turunnya pendapatan hingga rugi selisih kurs. 

Berdasarkan laporan perusahaan, pendapatan  turun 7% menjadi Rp 32,4 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 34,9 triliun. “Disebabkan oleh penurunan kinerja dari segmen mesin konstruksi dan pertambangan batu bara,” kata Sekretaris Perusahaan UNTR, Sara K. Loebis dalam keterangannya dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (29/4).

Segmen usaha mesin konstruksi mencatat penurunan pada penjualan alat berat Komatsu sebesar 37% menjadi 1.126 unit dibandingkan tahun lalu sebesar 1.791 unit. Pendapatan perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat juga turun 11% menjadi Rp 2,6 triliun dari Rp 3 triliun. 

Tak hanya itu, penjualan Scania turun dari dari 218 unit menjadi 87 unit dan penjualan produk UD Trucks turun dari 89 unit menjadi 32 unit. Penurunan penjualan disebabkan oleh penurunan permintaan terutama di sektor pertambangan.

“Secara keseluruhan, pendapatan unit usaha mesin konstruksi turun 22% menjadi Rp 8,3 triliun dibandingkan Rp 10,6 triliun pada periode yang sama 2023,” ujar Sara.

Hingga Maret 2024, segmen usaha kontraktor penambangan yang dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 13,3 triliun, atau naik 14% dari sebelumnya Rp 11,7 triliun. 

Segmen usaha pertambangan batu bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA)  juga mencatatkan pendapatan Rp 8,3 triliun atau turun 21% dari sebelumnya tercatat Rp 10,5 triliun. Sementara itu, pendapatan segmen usaha pertambangan emas dan mineral lainnya meningkat 8% menjadi Rp 1,8 triliun.

Sebagian besar bisnis anak usaha di bidang tambang emas naik seiring kenaikan harga jual rata-rata emas sebesar 14%, dari US$1.896 per ons menjadi US$2.165 per ons.

Di sisi lain, sgmen usaha industri konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mengalami  rugi bersih sebesar Rp 42 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Rugi ini membengkak dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp  30 miliar.

 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila