Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis kondisi bursa saham akan membaik pada pertengahan tahun ini karena mendapatkan sentimen positif dari rilis kinerja keuangan emiten. Hal itu seiring dengan musim pengumuman laporan keuangan emiten untuk periode yang berakhir 30 Juni hingga sebulan ke depan.
Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset, mengatakan mendekati penghujung semester I, kinerja pasar saham masih belum bergairah. Hal ini terjadi karena pelaku pasar masih fokus pada kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).
Dampaknya bisa dilihat pada posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi sekitar 7%. Tak hanya itu, investor asing pun menarik dananya dari bursa saham dengan mencatatkan penjualan bersih (net sell) di pasar reguler dan negosiasi senilai Rp 10 triliun sejak awal tahun ini.
“Di pasar reguler, investor asing sudah nett sell Rp 20 triliun,” kata Nafan dalam Media Day Mirae Asset bertajuk Economic Horizons: A Mid-Year Review of Indonesia’s Financial, Kamis (20/6).
Meskipun demikian, nilai transaksi di pasar saham sudah mencapai Rp 1.200 triliun, lebih tinggi dibandingkan pencapaian pada semester I 2023 yang sebesar Rp 1.180 triliun.
Memasuki triwulan kedua 2024, perekonomian global masih diliputi oleh ketidakpastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed). Nafan menilai ketidakpastian ini bisa berdampak kepada likuiditas serta suku bunga perbankan.
Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur, Kamis (20/6), menjadi sentimen positif khususnya bagi saham-saham di sektor keuangan. Jika suku bunga acuan dinaikkan, kondisi ekonomi dalam negeri akan tertekan.
Namun, Nafan menilai kondisi makroekonomi serta stabilitas politik Indonesia saat ini masih terjaga. Ia yakin setelah kondisi global lebih kondusif, pasar saham dan pasar keuangan Indonesia juga akan membaik.
Arus Keluar Dana Asing Akan Menekan IHSG dalam Jangka Pendek
M. Adityo Nugroho, Senior Investment Information Mirae Asset, mengatakan arus keluar dana asing yang masih berlanjut akan membuat bursa tertekan dalam jangka pendek. Meskipun demikian, tidak selamanya kondisi makroekonomi global terus memburuk.
“Koreksi yang terjadi di pasar saham Indonesia saat ini justru memberikan peluang bagi investor untuk mulai dapat mencicil saham di harga yang relatif murah karena nilai valuasi yang rendah,” katanya.
Dengan demikian, secara fundamental, kata Adityo, saham-saham perusahaan berkapitalisasi besar yang sudah terkoreksi cukup dalam dari sektor perbankan, otomotif, dan telekomunikasi dapat menjadi pilihan untuk nasabah dan publik saat ini.
Maka dari itu, Mirae Asset merekomendasikan 10 saham pilihan kepada investor. Berikut ini daftarnya:
1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
2. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS)
3. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
4. PT Elnusa Tbk (ELSA)
5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
6. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
7. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
8. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
9. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
10. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).