Jejak Taipan Farmasi Cina di Balik IPO LABS, Begini Profil Pengendali

Istimewa
PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS) resmi listing di Bursa Efek Indonesia melalui penawaran saham perdana atau Initial Public Offering, Rabu (10/7)
Penulis: Ira Guslina Sufa
10/7/2024, 10.34 WIB

PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS) resmi listing di Bursa Efek Indonesia melalui penawaran saham perdana atau Initial Public Offering, Rabu (10/7). LABS menjadi perusahaan ke 32 yang listing di bursa pada 2024. 

Pada perdagangan hari pertama saham LABS meloncat hingga menyentuh batas atas atau ARA dengan harga Rp 137. Harga saham ini telah naik 34,31% dari harga saat IPO di Rp 102. 

LABS merupakan perusahaan distributor alat kesehatan yang berdiri sejak 2014. Melalui IPO, UBC Medical melepas 700 juta saham atau setara dengan 17,72% dari modal ditempatkan dan disetor. Perusahaan meraup Rp 71,4 miliar dari aksi IPO. 

Direktur Utama LABS FX Yoshua Raintjung menjelaskan langkah perusahaan masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui IPO adalah bagian dari strategi meningkatkan kapasitas pendanaan perusahaan. Perusahaan juga berkomitmen meningkatkan tata kelola perusahaan menjadi lebih baik lagi. 

“Saya optimistis dengan prospek industri kesehatan saat ini, terutama pasca Covid-19. Pemerintah mulai akan memfokuskan anggaran kesehatan pada program yang sifatnya promotif dan preventif guna mencapai target Indonesia Emas 2045," ujar Yoshua seperti dikutip usai listing, Rabu (10/7). 

Ia mengatakan kinerja perusahaan sampai Desember 2023 masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang positif. Selama 3 tahun terakhir Perseroan telah meningkatkan reputasinya di pasar alat kesehatan sebagai salah satu pemasok unggulan untuk produk skrining bayi baru lahir dan infeksi tuberkulosis laten (ILTB).

Seluruh dana bersih hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional. Dana IPO juga akan digunakan untuk pengembangan bisnis Perseroan antara lain untuk biaya operasional seperti, pembelian barang dagangan, pembelian bahan baku produksi, biaya pemasaran, biaya penjualan dan biaya operasional lainnya.

Penawaran umum saham LABS tersebut telah mendapat reaksi positif dari pasar. Saat IPO perusahaan menerima kelebihan permintaan (oversubscribe) yang tercatat lebih dari 250x, dengan jumlah investor sebanyak lebih dari 31.275 investor. 

Merujuk laporan keuangan perusahaan, pada tahun buku 2023 perusahaan mencatatkan laba komprehensif Rp 1,8 miliar. Jumlah ini menurun dari Rp 2,8 miliar pada 2022 namun jauh di atas laba 2021 yaitu Rp 299 juta. 

Sesuai prospektus IPO manajemen menyatakan perusahaan berkomitmen membagikan dividen maksimal 20% dari laba. Pembagian dividen bila memungkinkan baru akan dimulai pada 2027 berdasar laba bersih 2026. 

Lalu bagaimana sosok orang-orang di balik IPO LABS. Siapa yang menjadi pengendali perusahaan? 

Susunan Pemegang Saham PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS) (Prospektus IPO PT UBC Medical Indonesia Tbk)

Profil Pengendali Emiten LABS 

Merujuk prospektus perusahaan UBC Medical Indonesia merupakan perusahaan patungan yang terhubung dengan taipan farmasi dari Cina. Pemegang saham Utama perusahaan adalah PT Optel Investama Mulia dengan kepemilikan 87,98%. Setelah IPO kepemilikan saham Optel Investama menyusut jadi 72,39%. 

Saham lainnya setelah IPO dimiliki oleh PT Inodia sebanyak 0,01%, Budi Hariadi sebanyak 3,29%, Silvia sebanyak 3,29%, David Tandris sebanyak 3,29%. Adapun  kepemilikan oleh masyarakat sebanyak 17,72%. 

 Optel Investama Mulia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultasi investasi. Merujuk anggaran dasar perusahaan juga bergerak di bidang perdagangan besar obat dan farmasi.

Kepemilikan saham perusahaan terbesar dipegang oleh Laurentia Hariadi dengan 40,83%, Karjeny Satia dengan 22,27%. Pemegang saham individu lainnya adalah Ave Nina  Sutikno dengan 11,14%, Nathan Tirtana 8,26%, Venny Haryani dengan 7,5% dan Zhou Biyan dengan 5%. 

Pemegang saham Optel Investama lainnya adalah Active Rich Investment Limited. Perusahaan ini tercatat beralamat di Cayman Islands yang dimiliki sepenuhnya oleh Hope Fortune Investment Ltd. Adapun Hope Fortune merupakan perusahaan milik taipan farmasi asal Cina Lam Kong. 

Selanjutnya para pemegang saham yang tergabung di Optel Investama sepakat menunjuk Nathan Tirtana sebagai pengendali perseroan. Nathan merupakan suami dari Laurentia Hariadi.

Di UBC Medical, Nathan bertindak sebagai Komisaris Utama. Selanjutnya ada Suyanto di jajaran komisaris sebagai komisaris independen, FX Yoshua Raintjung sebagai  Direktur Utama dan Marcela Angelin sebagai direktur. 

Nathan merupakan lulusan sarjana Teknik University of New South Wales pada 2002. Ia pernah menjadi eksekutif senior di Departemen Perencanaan Produk, Shanghai United Cell Biotechnology Co., Ltd sejak 2003-2024. Bersamaan dengan itu ia sudah menjadi komisaris PT Inodia yang juga menjadi pemegang saham LABS pada 2010-2012. 

Nathan menjabat komisaris PT UBC Medical sejak 2014 hingga sekarang. Selain di LABS, Nathan juga menjabat direktur Utama di PT Etana Biotechnologies Indonesia dan Direktur Utama PT Brightgene Biomedical Indonesia. 

Adapun Suyanto yang menjadi komisaris Independen memiliki pengalaman Panjang di Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI dan pernah menjadi Atase Pertahanan RI di Kamboja. Pada 2020-2021 Suyatno tercatat sebagai komisaris independen di PT Bank Syariah Mandiri dan pada 2021-sekarang menjadi komisaris di PT Bank Syariah Indonesia Tbk. 

FX Yoshua Raintjung selaku direktur Utama sebelumnya pernah menjadi Direktur PT Diastika Biotekindo pada 2018-sekarang. Ia juga pernah menjabat sales direktur pada PT Megastar Home Shopping. 



Reporter: Nur Hana Putri Nabila