Mirae Asset Sekuritas Indonesia buka suara usai Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan pergerakan saham di luar kebiasaan alias unusual market activity (UMA) terhadap saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Dalam sebulan saham WIKA meroket 152,27% dan dalam sepekan terakhir naik 5,71%.
Pada perdagangan sore ini pukul 15.45 WIB, saham WIKA anjlok 4,31% menjadi Rp 222 per saham. Kapitalisasi pasarnya tercatat Rp 8,85 triliun.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan para investor khususnya yang berinvestasi jangka panjang, berharap aktivitas pasar awal ini tidak berlangsung lama. Jika hal ini terus berlanjut dan diawasi ketat oleh bursa, kata Nafan, ada kekhawatiran hal ini bisa mengakibatkan suspensi.
Tak hanya itu, Nafan mengatakan investor lebih cenderung memperhatikan kondisi kinerja WIKA, yang hingga saat ini masih relatif tertekan dari sisi laba bersih.
“Tinggal saja berharap bahwa upaya WIKA untuk menekan gas walaupun juga operating expense pun juga terus dilakukan agar bisa menekan net loss yang dialami kedepannya,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Selasa (16/7).
Nafan juga mengatakan secara teknikal, saham WIKA telah mencapai area gap, artinya ada lonjakan harga yang signifikan. Selain itu, indikator RSI menunjukkan saham WIKA kini sangat overbought, yang berarti harganya sudah naik terlalu cepat dan mungkin akan merosot.
RSI adalah indikator momentum yang digunakan dalam analisis teknikal untuk mengukur kecepatan dan perubahan pergerakan harga.
“Jadi ya, wajar saja WIKA itu not rated, kalau mungkin menurut saya lebih baik saham WIKA hold saja,” kata dia.
Selain itu, Nafan mengatakan pada kuartal pertama 2024, untuk menekan potensi kenaikan kerugian bersih, WIKA perlu meningkatkan kinerja dengan mendapatkan lebih banyak kontrak baru. Tak hanya itu, WIKA juga akan fokus pada pembangunan proyek strategis nasional, terutama pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
WIKA kini mendukung proyek-proyek strategis nasional lainnya, seperti pembangunan jalan tol dan infrastruktur lainnya. Demi mewujudkan hal tersebut, WIKA membutuhkan penyertaan modal negara sekitar Rp 2 triliun.
Dana ini diperlukan untuk memperkuat kapasitas dan kemampuan WIKA dalam menyelesaikan proyek-proyek strategis nasional tersebut dan sisanya juga untuk restrukturisasi utang.
“Ini juga menurut saya diperlukan, agar supaya bisa menjaga, supaya tekanan yang dialami oleh WIKA akibat dari negative cash flow bisa berkurang,” kata Nafan.
Sebelumnya WIKA telah masuk UMA pada Senin (15/7). Adapun pada penutupan perdagangan Jumat (12/7) lalu, saham WIKA ditutup naik 15,69% ke level Rp 236 per saham. Akan tetapi, pada penutupan perdagangan sesi I hari ini, Senin (16/7), saham emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara itu terpantau merosot 1,72% ke Rp 228.
“Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham WIKA tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini,” demikian maklumat bursa, Senin (15/7).
Oleh karena itu, BEI meminta agar investor agar memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi bursa dan mencermati kinerja perusahaan tercatat serta keterbukaan informasinya.
Investor juga perlu mengkaji kembali rencana aksi korporasi perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS. Investor harus mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.