Transaksi Harian Bursa Naik hingga 2.000%, KSEI Ungkap Tantangan ke Depan

Katadata/Nur Hana Putri Nabila
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkapkan selama dua dekade terakhir rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham melonjak hingga 2.000%.
12/8/2024, 18.48 WIB

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkapkan selama dua dekade terakhir rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham melonjak hingga 2.000%. Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat mengatakan RNTH mencapai Rp 11,8 triliun per hari hingga Agustus 2024.

Pada tahun 2000, nilai transaksi harian saham hanya sebesar Rp 514 miliar, lalu pada 2005 melejit 225% menjadi Rp 1,67 triliun. Pada 2010, nilai transaksi saham di BEI tumbuh 187,4% menjadi Rp 4,80 triliun dan pada 2015 melonjak menjadi Rp 5,76 triliun.

Samsul mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir, pasar modal Indonesia berkembang signifikan. Perkembangan ini terutama dalam hal digitalisasi, inklusi keuangan, serta peningkatan kualitas, dan transparansi pasar.

Hal ini sejalan dengan roadmap pasar modal Indonesia tahun 2023–2027. Sejak diberlakukannya kewajiban pembukaan SID pada 2012 hingga Agustus 2024, jumlah investor di pasar modal Indonesia telah mencapai lebih dari 13,45 juta.

“Kalau kita lihat angkanya dari tahun 2000, pertumbuhan transaksi harian yang kita rasakan sekarang merupakan sesuatu yang sangat signifikan sekali,” ujar Samsul dalam Peringatan HUT 47 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (12/8).

Jumlah perusahaan tercatat juga telah mencapai angka 935 perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Samsul menyebut kenaikan jumlah perusahaan tercatat diikuti dengan peningkatan kapitalisasi pasar yang tercatat mencapai Rp 12.300 triliun.

Tantangan di Pasar Modal

Namun, Samsul menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi industri pasar modal ke depan. Tantangan pertama adalah volatilitas ekonomi global, seperti ketidakstabilan ekonomi global, fluktuasi mata uang, dan harga komoditas dapat mengurangi arus modal dan menurunkan kepercayaan investor.

Selain itu, perubahan kebijakan moneter dan fiskal menjadi tantangan lain juga menjadi tantangan. Samsul mengatakan kebijakan suku bunga internasional dan stimulus ekonomi dapat mempengaruhi daya tarik investasi di pasar modal Indonesia.

Lebih lanjut, Samsul menyoroti kemajuan teknologi dan digitalisasi sebagai tantangan tambahan bagi industri pasar modal. Meskipun inovasi fintech dan platform perdagangan global menawarkan peluang baru, regulasi, keamanan, dan pertumbuhan variasi produk finansial dapat juga menjadi tantangan di pasar modal di masa depan. Tantangan lainnya adalah ketegangan geopolitik dan internasional yang turut memengaruhi industri ini.

“Konflik geopolitik dan perubahan kebijakan perdagangan dapat mempengaruhi sentimen investor dan arus modal,” ujarnya. 

 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila