Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau BNI terpantau turun 2,29% ke level Rp 5.325 per lembar saham pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (22/8). BNI akan menyampaikan kinerja laporan keuangan semester pertama 2024 pada Kamis (22/8) sore ini.
Menjelang penyampaian laporan kinerjanya, saham BBNI diperdagangkan di rentang harga Rp 5.325–5.425 per lembar. Volume transaksi saham BBNI mencapai 28,07 juta saham dengan frekuensi saham berpindah tangan 7.063 kali. Adapun nilai kapitalisasi pasarnya sebesar Rp 198,61 triliun. Dalam sepekan, saham BBNI menguat 1,43% dan dalam setahun ini sudah melonjak 17,68%.
Sebelumnya, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan bahwa perusahaan akan menyampaikan laporan keuangan tersebut pada 22 Agustus 2024. "Tunggu saja, ya,” kata Novita ketika ditemui di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (15/8) malam.
Penyampaian laporan keuangan BBNI ini tertinggal dibandingkan dengan bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI).
Seiring dengan rencana paparan laporan keuangan, BNI sebelumnya membocorkan porsi pembagian dividen pada 2025 mendatang. Novita mengatakan, pembagian dividen BBNI tahun depan belum diputuskan dan masih mempertimbangkan kondisi pasar. Dengan memastikan pembagian dividen tersebut tidak akan turun dari porsi tahun lalu yaitu 50% dari total laba perusahaan.
"Kalau tahun lalu 50% (dari total laba bersih), jadi tetap kita jaga 50 seperti tahun lalu,” tambahnya.
Kinerja BNI di Kuartal I 2024
BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,3 triliun pada kuartal pertama 2024. Laba perusahaan meningkat 3,3% secara kuartalan dan menguat 2% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023. Pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) perusahaan turun 9,77% yoy menjadi Rp 9,39 triliun.
Penurunan pendapatan bunga bersih ini terutama disebabkan oleh kenaikan beban bunga sebesar 47,5% yoy. Sementara itu, pendapatan operasional sebelum pencadangan atau Pre-Provision Operating Profit (PPOP) turun 5,4% menjadi Rp 8,2 triliun.
Menurut laporan kinerja BBNI, kenaikan laba bersih BBNI pada kuartal pertama 2024 terutama didorong oleh beban provisi yang turun 29% menjadi Rp 1,7 triliun. Dari segi operasional, kredit disalurkan tumbuh 9,6% yoy. Hal ini sejalan dengan panduan manajemen di level 9% sampai dengan 11% dan target industri dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan yakni 9% dan 12%.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) BNI meningkat 4,9% secara tahunan. Hal ini didorong oleh peningkatan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) sebesar 6% secara tahunan dan deposito 2,4% secara tahunan.