Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak November ditutup pada USD 77,14 per barel, naik USD 2,76 atau 3,71%. Sejak awal tahun, harga minyak AS telah mencatatkan kenaikan lebih dari 7%. Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Desember tercatat di USD 80,93 per barel, mengalami lonjakan USD 2,88 atau 3,69%, dan sepanjang tahun ini harga Brent sudah meroket sekitar 5%.
Di tengah lonjakan harga minyak, pergerakan saham di sektor energi dan migas mencatatkan fluktuasi yang signifikan. Berdasarkan data peragangan RTI pada 10.24 WIB, harga saham Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) yang mengalami koreksi sebesar 15 poin atau 1%, turun menjadi Rp 1.490 per lembar. Meskipun sempat menguat pada awal perdagangan dengan harga Rp 1.510 per saham, PGAS tidak mampu mempertahankan posisi tersebut dan akhirnya bergerak turun.
Saham PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) juga mengalami tekanan, dengan penurunan 10 poin atau 0,62%, berakhir di harga Rp 1.605 per lembar. Padahal, dua jam sebelumnya, harga sahamnya sempat menyentuh Rp 1.635 dan berada di zona hijau.
Kondisi serupa juga terjadi pada saham PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) terkoreksi 2 poin atau 0,82%, menjadi Rp 242 per lembar setelah sempat melonjak di awal perdagangan dan menyentuh Rp 250 per saham.
Saham Elnusa Tbk. (ELSA) pun tak luput dari koreksi. Harga sahamnya turun 15 poin atau 2,88%, menjadi Rp 505 per lembar, setelah sempat berada di level tertinggi pada awal perdagangan, yakni Rp 535 per saham.
Namun, tidak semua saham mengalami penurunan. Saham Silo Maritime Perdana Tbk. (SHIP) justru mencatatkan kenaikan 10 poin atau 0,74%, menutup perdagangan di Rp 1.370 per lembar.
Sementara itu, saham Rukun Raharja Tbk (RAJA) mencatatkan lonjakan signifikan, dengan kenaikan 125 poin atau 7,62%, menjadi Rp 1.765 per saham.