Indeks saham Wall Street di Amerika Serikat naik pada Selasa (8/10), didorong oleh turunnya harga minyak dan evaluasi investor terhadap ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
S&P 500 naik 0,97% menjadi 5.751,13 dan Nasdaq Composite menguat 1,45% ke level 18.182,92. Begitu pun Dow Jones Industrial Average terapresiasi 0,3% menjadi 42.080,37.
Indeks saham di bursa Wall Street itu naik ketika harga minyak mentah West Texas Intermediate turun 4,6% pada Selasa (8/10). Penurunan terjadi karena para trader memantau kemungkinan balasan dari Israel atas serangan rudal Iran dan upaya Amerika mencegah eskalasi konflik di kawasan ini.
Harga saham teknologi menguat pada Selasa (8/10) yakni Nvidia dan Broadcom masing-masing naik 4% dan 3%. Saham Meta Platforms, Tesla, dan Microsoft masing-masing meningkat 1%, sementara Palo Alto Networks melesat 5%.
Akan tetapi, penurunan harga minyak juga turut menekan harga saham sektor energi yang tergabung dalam S&P 500 2,6%. Saham Marathon Petroleum dan Valero Energy masing-masing anjlok 7,7% dan 5,3%
Manajer Portofolio Senior di Dakota Wealth Management Robert Pavlik menyatakan perang di Timur Tengah tampaknya menjadi perhatian utama banyak orang saat ini. Pemilihan umum atau Pemilu di Amerika menambah ketidakpastian, terutama terkait kebijakan pajak.
“Dan bagaimana hal itu akan berdampak pada kinerja pendapatan emiten kedepan,” kata Pavlik dikutip CNBC Internasional, Rabu (9/10).
Di satu sisi, data ekonomi jangka pendek semakin menunjukkan ketahanan ekonomi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa bank sentral Amerika, The Fed mungkin menunda penurunan suku bunga acuan lebih lama dari yang diperkirakan.
Eskalasi konflik di Timur Tengah juga membuat imbal hasil obligasi 10 tahun naik menjadi 4%.
Pasar sedikit menguat menjelang akhir minggu lalu setelah rilis laporan pekerjaan yang positif. Dow Jones mencatatkan rekor penutupan tertinggi sepanjang masa.
Namun optimisme tersebut memudar minggu ini, karena investor berpendapat bahwa The Fed mungkin tidak akan seagresif yang diperkirakan dalam menurunkan suku bunga acuan mengingat kekuatan pasar tenaga kerja.