BEI Buka Suara Terkait Prospek Pasar Modal di Era Prabowo

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan pasar akan selalu memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
11/10/2024, 17.58 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi penambahan jumlah kementerian dalam kabinet Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang akan membuat kabinet semakin “gemuk” dan potensi dampaknya terhadap pasar modal Indonesia. BEI menilai investor akan menimbang dampak kebijakan pemerintahan baru terhadap pertumbuhan ekonomi.

Para pelaku pasar juga bakal melihat siapa saja tokoh yang bakal duduk sebagai menteri dalam kabinet pemerintahan baru. Seperti diketahui, pelantikan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming akan berlangsung pada 20 Oktober 2024. 

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan pasar akan selalu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, kebijakan tersebut pada akhirnya akan berdampak pada perusahaan tercatat, yang kemudian akan mempengaruhi kinerja di bursa dan harga saham perusahaan-perusahaan tersebut.

“Investor pasti akan melihat itu, tidak melihat apakah jumlah kementerian atau apa, tapi impact-nya terhadap pertumbuhan ekonomi seperti apa,” kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/10). 

Jeffrey menambahkan, reaksi pasar terhadap kebijakan yang baru harusnya sudah dipertimbangkan. Hal itu dengan kemungkinan adanya peningkatan efektivitas di pemerintahan.  “Ya, kita lihat saja lah, nanti setelah 20 Oktober reaksi pasar seperti apa,” ujarnya. 

Transisi Positif dan Jokowi Effect

Apabila membandingkan tren pergantian kepemimpinan, Jeffrey menyebutkan, pasar sering kali merespons positif transisi kepemimpinan. Namun, kadang-kadang pasar juga meunggu susunan kabinet baru untuk melihat dampaknya terhadap perekonomian. 

Menilik pergantian pemerintah yang terjadi pada 2014 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), ada euforia yang disebut dengan "Jokowi Effect” atau Efek Jokowi. Hal itu menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik signifikan hingga 6% dalam satu hari.

Menurut Jeffrey, reaksi tersebut merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah. Kenaikan itu terjadi dalam satu hari penuh, bukan hanya dalam beberapa jam.

Dengan demikian, Jeffrey Hendrik menilai pasar selalu bergerak beberapa langkah ke depan dan cenderung mengantisipasi berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi. Ia menyatakan, ketika pengumuman kabinet dilakukan, pasar sudah memperhitungkan semua informasi terkait pelantikan tersebut, sehingga pergerakannya dapat diprediksi.

Sebelumnya, Pilarmas Sekuritas menyatakan para pelaku pasar menunggu informasi mengenai siapa saja yang akan duduk sebagai menteri dalam kabinet Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Pasar berharap para menteri yang terpilih nanti memahami situasi global sehingga mampu menjaga perekonomian nasional. Mereka juga berharap para menteri memiliki visi dan misi yang sejalan presiden dan wakil presiden terpilih. 

"Sehingga, ini akan mempermudah langkah presiden baru pada masa transisi dan menjaga keberlanjutan agar transisi dapat berjalan dengan lebih cepat," tulis Pilarmas Sekuritas dalam rilisnya, Kamis (10/10). 

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup menguat 0,54% ke level 7.520 pada perdagangan saham sore ini, Jumat (11/10). Data perdagangan BEI menunjukkan volume saham yang diperdagangkan tercatat 17,05 miliar, nilai transaksi Rp 7,68 triliun, dan frekuensinya 1.000.454 juta. Adapun kapitalisasi pasar IHSG sebesar Rp 12.567 triliun.

 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila