Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sebanyak 62 perusahaan bisa melantai di bursa melalui initial public offering (IPO) sepanjang tahun ini. Namun, target ini dikhawatirkan tidak tercapai karena hingga 18 Oktober 2024 baru 36 perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di BEI. Bahkan, BEI kini memperketat keran IPO bagi calon emiten.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan pendekatan selektif bursa dalam meloloskan IPO tidak dipengaruhi oleh sentimen terkait dugaan kasus gratifikasi yang beredar. Sebaliknya, ia mengklaim seleksi ini telah dilakukan sesuai dengan pedoman standar yang telah ditetapkan oleh bursa.
"Kami tetap punya pedoman yang kami percayai untuk menilai apakah satu perusahaan ini layak tercatat di bursa," kata Iman dalam Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Tahun 2024 yang berlangsung secara virtual, Rabu (23/10).
BEI telah menolak pengajuan IPO dari 30% calon emiten. BEI beralasan penolakan itu disebabkan ketidaklengkapan dokumen serta adanya keraguan terhadap kemampuan keberlanjutan bisnis perusahaan yang mengajukan IPO. Dengan demikian, BEI mengevaluasi perusahaan tersebut.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menambahkan meskipun target IPO belum tercapai, BEI telah melampaui target pencatatan efek secara keseluruhan. Di antaranya seperti saham, obligasi, Exchange Traded Fund (ETF), Efek Beragun Aset (EBUS), waran terstruktur, hingga Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
"Sampai dengan hari ini sudah terrealisasi 467 dari 340 target kami, artinya pencapaian kami sampai dengan hari ini sudah 137%," ujarnya.
Fokus Pendalaman Pasar
Iman mengatakan BEI menetapkan target pencatatan total 407 efek pada 2025, mencakup saham, obligasi, serta efek lain seperti ETF. Di samping itu, BEI juga menargetkan kenaikan Dana Investasi Real Estate (DIRE), Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA), dan Efek Beragun Aset (EBA), serta emisi Waran Terstruktur.
"Target efek baru kami adalah 407 dengan 66 pencatatan saham pada 2025," kata Iman.
BEI akan memfokuskan Rencana Kerja Anggaran Tahun (RKAT) 2025 untuk pendalaman pasar dengan memperkenalkan produk dan layanan baru, serta memperluas pasar derivatif keuangan. BEI juga akan berfokus pada pengembangan rencana kerja yang mencakup kenaikan likuiditas perdagangan, perlindungan investor, layanan data yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan penyempurnaan teknologi.
Hingga 18 Oktober 2024, BEI telah mencatatkan 36 perusahaan baru di pasar saham, sehingga total perusahaan tercatat mencapai 938 perusahaan. Adapun perdagangan obligasi melalui SPPA, rata-rata transaksi harian mencapai Rp 993 miliar, meningkat 44,7% dibandingkan akhir 2023. Jumlah investor pasar modal juga tumbuh 16% mencapai 14,2 juta.