The Fed Pangkas Suku Bunga, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Wall Street Rekor Lagi

Twitter @gibranhuzaifah
Startup eFishery muncul di bursa saham AS, Wall Street
8/11/2024, 06.24 WIB

Bursa saham Amerika Wall Street cenderung menguat pada perdagangan Kamis (7/11), dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq yang kembali mencetak rekor. Faktor pendorongnya yakni efek Donald Trump menang dalam Pemilu AS dan keputusan bank sentral The Fed.

S&P 500 naik 0,74% ke level 5.973,10 dan Nasdaq Composite melonjak 1,51% menjadi 19.269,46. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun tipis ke posisi 43.729,34.

Ketiga indeks saham di bursa Wall Street itu sempat mencapai rekor tertinggi selama sesi perdagangan.

Kenaikan tersebut melanjutkan lonjakan pada perdagangan Rabu atau sehari setelah Pemilu Amerika. Dow Jones sempat melonjak 1.500 poin dan S&P 500 mencatat kenaikan 2,53% pascapemilu. 

Hal itu karena para investor di Wall Street memprediksi pemerintahan kedua Trump akan memberikan dorongan positif bagi aset berisiko, termasuk saham, terutama berkat rencana pemotongan pajak. Namun, ada kekhawatiran besarnya defisit anggaran dan tarif yang lebih tinggi dapat memicu kenaikan inflasi.

Kepala Investasi Wilmington Trust, Tony Roth, menyatakan selama dampak kebijakan Trump belum sepenuhnya jelas, volatilitas di pasar saham kemungkinan tetap tinggi meski pergerakan cenderung naik. 

Valuasi saham yang sudah cukup tinggi dan meningkatnya imbal hasil obligasi AS, ada kemungkinan premi risiko ekuitas menurun. Hal ini dapat membatasi peluang investasi di pasar saham.

“Saya pikir kita (para investor) masih mempunyai waktu enam bulan sebelum harus melakukan pembicaraan serius untuk sampai ke sana,” kata Roth dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (8/11).

Harga saham raksasa teknologi seperti Apple, Nvidia, dan Meta masing-masing naik 2,1%, 2,3%, dan 3,4% pada perdagangan Kamis (7/11). Sementara itu, harga saham sektor finansial yang menguat pada Rabu (6/11) justru terkoreksi pada Kamis. Saham JPMorgan Chase turun 4,3% dan American Express melemah 2,8%, sehingga menekan indeks Dow.

Pasar obligasi juga mengalami volatilitas dengan imbal hasil turun pada Kamis setelah sempat naik tajam sehari sebelumnya.

The Fed memangkas suku bunga acuan 25 basis poin atau bps pada Kamis sore (7/11). Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bank sentral ‘merasa nyaman’ dengan kondisi ekonomi saat ini dan akan melanjutkan kebijakan penurunan bertahap kedepan. 

Managing Partner di Harris Financial Group, Jamie Cox menilai terkendalinya risiko ekonomi membuat bank sentral AS itu mempertahankan penurunan suku bunga acuan hingga 2025.

Namun Cox menegaskan pasar tidak seharusnya mengharapkan pemangkasan besar-besaran. “Kecuali jika ekonomi menunjukkan tanda-tanda penurunan signifikan, yang tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat,” ujar Cox. 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila