Kinerja keuangan raksasa tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex hingga September 2024 kian terpuruk. Sritex membukukan rugi bersih sebesar US$ 66,04 juta atau senilai Rp 1,06 triliun hingga kuartal III-2024 (kurs: 16.130 per dolar AS).
Berdasarkan laporan keuangannya, penjualan bersih Sritex tercatat US$ 200,92 juta hingga kuartal ketiga 2024. Pecapaian tersebut turun 19% secara year on year (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 248,50 juta pada tahun lalu.
Penjualan dari ekspor hanya mencapai US$ 81,54 juta hingga September 2024. Angka tersebut susut dari periode yang sama sebelumnya US$ 116,87 juta. Secara rinci, penjualan ekspor dari segmen benang berkontribusi US$ 53,09 juta, pakaian jadi US$ 25,28 juta, dan kain jadi sebesar US$ 3,17 juta.
Namun ekspor segmen kain mentah tak berkontribusi sama sekali pada pendapatan hingga September 2024 ini, padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya masih membukukan US$ 830 ribu pada 2023 lalu.
Adapun penjualan dari sisi lokal hanya US$ 119,38 juta, turun dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 131,62 juta hingga kuartal ketiga 2024. Secra rinci, kain jadi berkontirbusi US$ 51,60 juta, benang US$ 49,05 juta, pakaian jadi US$ 12,34 juta, dan kain mentah sebesar US$ 6,37 juta hingga September 2024.
Kemudian pendapatan dari pihak ketiga juga turun dari US$ 221,45 juta menjadi US$ 179,32 juta hingga kuartal ketiga 2024. Kemudian pendapatan dari pihak berelasi sebesar US$ 21,60 juta, turun dari periode yang sama sebelumnya tahun lalu sebesar US$ 27,05 juta.
Seiring dengan turunnya penjualan, beban pokok penjualan Sritex sebesar US$ 223,51 juta hingga kuartal ketiga 2024. Secara rinci, beban pokok penjualan terbesar disokong oleh bahan baku yang digunakan Sritex sebesar US$ 131,22 juta. Kemudian tenaga kerja sebesar US$ 22,15 juta dan total biaya produksi tidak langsung sebesar US$ 65,32 juta.
Apabila meihat dari sisi neraca, total aset perusahaan US$ 594,01 juta hingga September 2024. Kemudian total liabilitas US$ 1,61 miliar, dengan liabilitas jangka pendek sebesar US$ 133,84 juta dan liabilitas jangka pendek sebesar US$ 1,48 miliar.
Tak hanya itu, Sritex mencatatkan defisiensi modal sebesar US$ 1,02 triliun. Angka tersebut naik dari defisiensi modal periode tahun lalu sebesar US$ 954,82 miliar.