Wall Street Ditutup Naik, Investor Yakin The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga
Bursa saham Amerika, Wall Street melonjak pada perdagangan Selasa (25/11). Kenaikan terjadi usai investor mengevaluasi ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed dan memantau perdagangan di sektor kecerdasan buatan (AI).
Dow Jones Industrial Average naik 664,18 poin atau 1,43% dan mengakhiri sesi di level 47.112,45. S&P 500 ikut naik 0,91% ke 6.765,88, dan Nasdaq Composite terangkat 0,67% dan ditutup di 23.025,59.
Kenaikan ini sekaligus membalikkan indeks dari zona merah yang sempat terjadi sebelumnya. Dalam sesi perdagangan itu S&P 500 sempat turun sekitar 0,7%, Dow turun 0,2%, dan Nasdaq yang didominasi saham teknologi merosot lebih dari 1%.
Investor tetap memantau perkembangan yang berpotensi memengaruhi arah kebijakan moneter Federal Reserve. Berdasarkan alat CME FedWatch, pasar kini memperkirakan peluang hampir 83% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 0,25% pada Desember.
Harapan pasar terhadap pemangkasan suku bunga semakin tinggi setelah Bloomberg melaporkan Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, dipertimbangkan sebagai kandidat utama yang menjadi ketua Federal Reserve berikutnya. Investor menilai Hassett merupakan figur yang cenderung mendorong kebijakan suku bunga rendah, sejalan dengan preferensi Presiden AS Donald Trump.
Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan bahwa ada kemungkinan besar Trump akan mengumumkan keputusan tersebut sebelum Natal. Peluang pemangkasan suku bunga juga meningkat sejak Presiden Fed New York, John Williams, menyatakan pada Jumat (21/11) bahwa ada ruang untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Kepala Investasi LNW, Ron Albahary, mengatakan sebelum itu, pasar hanya melihat peluang pamangkasan suku bunga Fed mencapai 40%, tetapi kini naik menjadi 80%. Selain itu ia mengaku belum pernah melihat volatilitas dan lonjakan ekspektasi investor seantusias ini terkait pemotongan suku bunga Fed dalam hitungan beberapa hari.
“Saya tidak bisa memprediksi masa depan, tetapi sepertinya narasi sedang mengarah ke pemotongan suku bunga Fed pada 10 Desember, yang mendukung rally Santa Claus,” kata Albahary, dikutip CNBC pada Rabu (26/11).
Adapun Alphabet menjadi saham dengan performa terbaik pada sesi Selasa, ditutup naik 1,5% dan mencetak rekor tertinggi baru. Kenaikan ini setelah The Information menyebut Meta Platforms tengah mempertimbangkan untuk menghabiskan miliaran dolar untuk membeli chip AI milik induk Google.
Albahary mengatakan ketika biaya komputasi turun, konsumsi kemungkinan besar akan meningkat. Ia mengaku hal itu sudah terlihat secara langsung melalui langkah Meta yang membeli chip dari Google.
“Menurut saya, ini pertanda baik bagi ruang AI secara keseluruhan,” ucapnya.
Namun, harga saham Nvidia turun lebih dari 2% setelah laporan tersebut. Investor mengira itu sebuah sinyal bahwa dominasi perusahaan di pasar chip AI mulai terancam. Albahary mengatakan ia lebih mengkhawatirkan dampak sekundernya terhadap pemain besar seperti Microsoft dan Amazon.
“Apakah ini saat di mana Anda mungkin melihat perubahan kepemimpinan dari perusahaan-perusahaan seperti Nvidia?” ujar Albahary.
Harga saham Alphabet melonjak lebih dari 6% pada hari sebelumnya, bahkan Nasdaq juga membukukan hari terbaiknya sejak pertengahan Mei. Investor terus mengalirkan dana ke saham-saham “Magnificent Seven” serta Broadcom, yang turut diuntungkan melalui bisnis chip ASIC berkinerja tinggi.
Meski saham teknologi sudah pulih sebagian dari pelemahan pekan lalu, ketiga indeks utama AS masih bergerak menuju ke zona merah karena investor tengah mempertanyakan valuasi sektor teknologi. S&P 500 turun sekitar 1% sepanjang November, Nasdaq melemah 3%, Dow Jones 30 saham juga turun sekitar 1% hingga saat ini.