Emiten di sektor energi milik Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mengumumkan temuan gas baru dalam pengeboran eksplorasinya di Kontrak Kerja Sama (KKS) Sengkang (Sulawesi Selatan). Penemuan gas baru ini berada di Struktur East Walanga (Sumur Eksplorasi EWL-1) ditetapkan pada Senin (1/12).
Direktur Utama ENRG Syailendra S. Bakrie mengatakan hasil pengujian menunjukkan bahwa sumur ini mampu memproduksi gas dengan laju aliran di kisaran 25 hingga 36 juta kaki kubik gas per hari. Sumur juga memiliki potensi Absolute Open Flow (AOF) sebesar 120 juta kaki kubik gas per hari.
Menurut Syailendra berdasarkan evaluasi di area bawah permukaan, EMP mengonfirmasi adanya temuan 0,2 triliun kaki kubik gas. Sumur disebut menunjukkan kemampuan produksi yang kuat dan potensi komersial yang jelas.
“Kegiatan eksplorasi lebih lanjut diharapkan dapat meningkatkan potensi temuan hingga 0,5 triliun kaki kubik gas dalam struktur gabungan East Walanga” ujar Syailendra seperti dikutip Selasa (2/12).
Ia menambahkan EMP telah bekerja sama dengan SKK Migas dalam tahap evaluasi, pengeboran, dan pengujian yang berujung pada temuan gas tersebut. EMP akan terus berkoordinasi secara intensif dengan SKK Migas seiring dengan perkembangan proyek eksplorasi ini.
Rencana Bisnis ENRG
Sementara itu, Wakil Direktur Utama dan CFO EMP Edoardus Ardianto menjelaskan perusahaan akan melakukan kegiatan pengeboran tambahan untuk dapat mengkonversikan temuan gas tersebut menjadi cadangan yang dapat dibukukan dan dikomersialkan oleh Perusahaan. Selanjutnya EMP juga akan memulai pengeboran eksplorasi di area prospektif lainnya dalam Blok Sengkang.
”Tambahan produksi gas dari KKS Sengkang tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan EMP di masa mendatang. Kami juga percaya bahwa temuan gas baru di KKS Sengkang ini akan menambah nilai bagi para pemegang saham EMP,” ujar Edoardus.
Selain optimalisasi sumur baru. sebelumnya Edoardus mengatakan perusahaan kini telah masuk tahap negosiasi dengan calon mitra terkait rencana akuisisi tersebut. Ketika ditanya berapa aset yang rencananya akan diakuisisi, ia menyebut jumlah blok yang tengah dibidik berada di bawah tiga, tetapi enggan merinci identitas aset yang dimaksud.
“Kurang dari tiga. Gabungan (dari dalam negeri dan luar negeri)” ujar Edoardus saat ditemui wartawan, Senin (1/12).
Untuk mendukung aksi korporasi tersebut, ENRG telah menyiapkan belanja modal US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,3 triliun (asumsi kurs Rp 16.600 per dolar AS) pada 2026. Anggaran ini merupakan bagian dari total belanja modal atau capital expenditure (capex) yang disiapkan senilai US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 23 triliun sepanjang 2025-2030 untuk menunjang bisnis ENRG.
Dia menjelaskan, dana capex ini akan digunakan perseroan untuk beberapa hal penting. Beberapa di antaranya adalah untuk pengeboran hampir 30 sumur eksplorasi, pengeboran sekitar 130 sumur pengembangan, serta maintenance capex untuk sekitar 106 sumur guna menjaga tingkat produksi. Seluruhnya akan dirampungkan hingga tahun 2030.
Lebih jauh ia menyatakan, selain pertumbuhan organik, ENRG juga membuka ruang untuk pertumbuhan anorganik melalui akuisisi aset migas yang sudah berproduksi. Saat disinggung mengenai alokasi dana khusus untuk akuisisi, Edoardus menegaskan bahwa nilainya tidak bisa ditetapkan secara pasti.
Menurutnya, setiap aset migas memiliki karakteristik dan valuasi yang berbeda, baik berdasarkan jenis komoditas (minyak atau gas), lokasi (onshore atau offshore), maupun negara.
“Jadi sulit menentukan budget akuisisi tahunan. Semua akan bergantung pada peluang yang muncul dan valuasi masing-masing aset. Itu sangat case-by-case," ujarnya.
Pada perdagangan hari ini, Senin (1/12), harga saham ENRG ditutup melesat 21,32% atau bertambah 210 poin ke level 1.195. Harga sahamnya telah melonjak 419,57% sejak awal tahun atau year to date (ytd).