Bangkok Bank Bakal Akuisisi 89% Saham Bank Permata Senilai Rp 37 T

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi. Bangkok Bank Public Company Limited bakal mengambil alih 89,12% saham PT Bank Permata Tbk dari Standard Chartered dan Astra Internasional.
Penulis: Agustiyanti
12/12/2019, 18.28 WIB

(Baca: Bangkok Bank dan Sumitomo Bersaing Akuisisi 90% Saham Bank Permata)

Bangkok Bank juga berkomitmen untuk mendukung korporasi dan usaha kecil menengah pada berbagai sektor, termasuk sektor pertanian dan otomotif. Di sisi lain, para klien Permata nantinya akan dapat menikmati jaringan Bangkok Bank yang luas di Asia.

"Hal yang akan menjadi penting mengingat meningkatnya integrasi regional di kawasan ASEAN dan wilayah Tiongkok Raya. Saya juga sangat senang melihat Astra tetap mendukung kelanjutan kerjasama bisnis yang sudah ada antara Permata dan Astra Group dalam beragam platform dan produk," kata dia.

Bangkok Bank merupakan salah satu bank terbesar di ASEAN dan telah tersebar di 14 negara. Saat ini, bank asal Thailand ini telah memiliki kantor cabang bank asing di Indonesia.

 (Baca: Sumitomo dan Investor Thailand Calon Kuat Pembeli Saham Bank Permata)

Sesuai Peraturan OJK terkait kepemilikan saham pada bank umum, mayoritas kepemilikan saham pada bank umum ditetapkan sebesar 40%. Namun, badan hukum lembaga keuangan bank dapat memiliki saham pada bank lebih dari 40% atas persetujuan OJK setelah memenuhi sejumlah persyaratan.

Bank juga dapat memiliki lebih dari 40% saham pada bank lain hasil penggabungan atau merger, serta pada bank yang sedang dalam penyelamatan LPS, pengawasan intensif, dan pengawasan khusus ketika dibeli.

Jika mengacu pada ketentuan tersebut, maka Bangkok Bank seharusnya menggabungkan kantor cabang bank asingnya dengan Bank Permata agar dapat mengantongi mayoritas saham. Pada perdagangan hari ini, saham Bank Permata ditutup melesat 4,38% menjadi Rp 1.310 per saham.

Catatan Redaksi: Terjadi perubahan judul dari sebelumnya "Bangkok Bank Bakal Akuisisi 89% Saham Bank Permata Senilai Rp 66,73 Triliun" karena terdapat kesalahan perhitungan harga indikatif . 

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin