Bank Artos Dikabarkan jadi Bank Go-Jek, Jerry Ng Terbuka Berkolaborasi

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi helm Gojek di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat (29/7). Bank Artos dikabarkan akan bertransformasi menjadi bank yang melayani seluruh transaksi Go-Jek setelah resmi diakuisisi oleh Jerry Ng dan Sugito Walujo.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
3/10/2019, 19.41 WIB

PT Bank Artos Tbk (ARTO) dikabarkan bakal bertransformasi menjadi bank yang menangani transaksi salah satu perusahaan rintisan (startup) yaitu Go-Jek. Kabar tersebut beredar usai adanya rencana akuisisi 51% saham Bank Artos oleh Jerry Ng dan Patrick Walujo.

Ketika dihubungi oleh Katadata.co.id, Jerry Ng yang rencananya bakal mengakuisisi 37,65% saham Bank Artos melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) mengatakan, Bank Artos akan terbuka peluang kolaborasi dengan berbagai ekosistem teknologi yang dapat merasakan manfaat dan kemudahan dari layanan perbankan digital.

"Namun demikian, saat ini tidak ada rencana bagi Bank Artos nantinya untuk melakukan kerja sama eksklusif dengan platform teknologi atau ekosistem mana pun," kata Jerry pada Kamis (3/10).

Perihal Bank Artos, Jerry percaya masih banyak peluang untuk memberikan layanan jasa perbankan yang berbeda di masyarakat, utamanya yang dapat memberikan lebih banyak kenyamanan.

(Baca: Bukan BCA, Bank Artos Bakal Diakuisisi Sugito Walujo dan Jerry Ng)

"Jika akusisi tersebut terlaksana, Jerry berharap Bank Artos dapat meluncurkan bisnis model baru dan memberikan pilihan dengan layanan berbeda kepada para konsumen," kata Jerry menambahkan.

Ada pun, selain Jerry, saham Bank Artos nantinya dimiliki oleh Sugito Walujo sebanyak 13,35% melalui Wealth Track Technology Limited (WTT). Rencana akusisi Bank Artos, disampaikan dalam prospektus yang dirilis pada 22 Agustus 2019 lalu. Rencana tersebut sekaligus menampik isu yang beredar bahwa Bank Artos bakal diakusisi oleh Bank Central Asia (BCA).

Rencana akusisi tersebut bertujuan mengembangkan Bank Artos menjadi bank yang akan melayani segmen menengah  bawah (mass market) dengan menggunakan platform teknologi digital. "Menjadikan Bank Artos sebagai bank yang lebih kuat dan mempunyai daya saing agar dapat menjadi bank dengan skala nasional," tulis prospektus tersebut.

Usai akuisisi, Bank Artos berencana melakukan aksi korporasi berupa penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) alias rights issue.  Nantinya, dana hasil rights issue akan digunakan untuk mengembangkan produk, investasi di bidang teknologi informasi dan sumber daya manusia, serta perbaikan struktur permodalan dan tingkat kesehatan bank.

(Baca: BCA Sebut Belum Ada Pembicaraan Akuisisi dengan Bank Artos)

Pasca rencana pengambilalihan tersebut, saham Bank Artos terus bergerak liar. Saham bank Artos sempat disuspensi pada sejak 22 Agustus 2019 lalu di pasar reguler dan pasar tunai karena adanya peningkatan harga yang signifikan. Saat itu, saham Bank Artos disuspensi di harga Rp 830 per saham.

Saham Bank Artos pun kembali dibuka perdagangannya pada 17 September 2019 lalu. Usai dibuka, saham Bank Artos sempat terkoreksi dalam beberapa hari perdagangan selanjutnya.

Namun, sejak 25 September 2019, saham Bank Artos mulai naik secara signifikan hingga pada perdagangan hari ini ditutup pada harga Rp 2.110 per saham. Artinya, sejak suspensi sahamnya dibuka kembali, saham Bank Artos sudah meroket hingga 154,2%.

Reporter: Ihya Ulum Aldin