Dari sisi kualitas penyaluran kredit, Jahja mengatakan rasio kredit bermasalah (NPL) BCA saat ini masih berada pada level yang dapat ditoleransi sebesar 1,4%. Sementara, rasio cadangan terhadap kredit bermasalah (loan loss coverage) berada pada level 183,7% dengan Rasio pengembalian terhadap aset (ROA) sebesar 3,7%. “Merespons terhadap lingkungan bisnis yang dinamis, BCA akan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian," katanya.
Perolehan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil diraup perseroan pada semster I-2019 sebesar Rp 673,9 triliun, meningkat 8,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan DPK yang terdiri dari dana giro dan tabungan (CASA) tumbuh sebesar 5,9% menjadi Rp 510,4 triliun. Sementara, deposito meningkat 18,1% menjadi Rp 163,5 triliun.
(Baca: BCA Bukukan Laba Rp 6,1 Triliun di Kuartal I 2019)
BCA juga mencatatkan rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat pada level sehat, masing-masing sebesar 23,6% dan 79,0%.
Meski mencatat peningkatan, target pertumbuhan kredit BCA tahun ini mungkin tak seagresif pertumbuhan tahun sebelumnya. Karenanya, perusahaan memperkiraan pertumbuhan penyaluran kredit tahun ini maksimal 10% dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski demikian, diharapkan kualitas kredit membaik. "Jadi, tidak bisa sembarangan. Maksimal kalau (kredit tumbuh) 10% sudah bagus dengan catatan DPK membaik juga," kata Jahja.