PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memperkirakan penyaluran kredit kuartal I 2019 bisa tumbuh hingga 13% dibanding periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal I 2018 lalu, penyaluran kredit BCA tercatat sebesar Rp 470 triliun, meningkat 15% dibanding tahun sebelumnya.
Meski secara tahunan (year on year/yoy) penyaluran kredit BCA tumbuh, namun jika dilihat sejak awal tahun atau year to date, tergolong relatif flat. Namun, Jahja menilai pergerakan saluran kredit yang flat sejak awal tahun merupakan hal yang wajar. "Itu biasa, dari Desember pasti turun, biasanya Juni mulai naik, apalagi menjelang lebaran," kata Jahja di Jakarta, Kamis (11/4).
Kenaikan penyaluran kredit menjelang lebaran diikuti oleh meningkatnya penyediaan modal kerja yang disiapkan BCA untuk korporasi. Jahja berharap, menjelang Juni penyaluran kredit BCA akan meningkat sehingga bisa menutupi penyaluran kredit kuartal I 2019 yang relatif flat.
(Baca: BCA Bagikan Dividen, Totalnya Rp 8,39 Triliun)
Ia menyebutkan, hingga paruh pertama 2019, pertumbuhan kredit masih akan ditopang oleh kredit korporasi. Namun, kredit konsumer, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) akan terus digenjot dengan sejumlah promo terkait ulang tahun BCA ke-62.
Promo untuk KPR dan KKB yang sudah diluncurkan sejak Februari lalu ini diyakini Jahja masih berpengaruh hingga bulan Mei mendatang dan mampu berpengaruh pada kinerja pertumbuhan kredit kuartal II 2019. "Jadi, itu juga sedikit banyak menolong," katanya.
Tahun ini BCA menargetkan pertumbuhan kredit mampu tumbuh sekitar 8%-10% dengan catatan likuiditas BCA masih cukup. Soal likuiditas ini memang BCA memperkirakan akan ada pengetatan likuiditas, meski DPK tahun ini ditargetkan mampu tumbuh 8% dibanding tahun lalu.
Pengetatan likuiditas ini diperkirakan akan terjadi, sebab BCA tidak berencana untuk menerbitkan instrumen pendanaan eksternal melalui penerbitan surat utang atau obligasi. Selain itu, proyeksi rasio kredit terhadap simpanan alias Loan to Deposit Ratio (LDR) juga diperkirkan bakal naik. "LDR kita perkirakan meningkat mendekati 85% hingga 86%, saat ini sekitar 81% hingga 82%," ujar Jahja.
Dari segi belanja modal alias capital expenditure (capex), tahun ini BCA menyiapkan capex yang totalnya mencapai Rp 5,2 triliun, lebih tinggi dari capex tahun lalu yang sebesar Rp 3,5 triliun. Jahja mengatakan, sumber pendanaan capex tahun ini berasal dari kas internal.
Capex yang sudah disiapkan ini bakal dipakai BCA untuk melengkapi teknologi QR Code di mesin-mesin Electronic Data Capture (EDC) mereka yang belum dilengkapi hal tersebut. Selain itu, BCA juga menyiapkan untuk mengembangkan teknologi Application Programming Interface (API).
"Lainnya, soal security juga harus diupgrade. Juga untuk penggantian ATM (Anjungan Tunai Mandiri), yang lama harus diganti yang baru," kata Jahja.
(Baca: Mewaspadai Likuiditas Ketat Perbankan dan Perebutan Dana Masyarakat)