PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) hanya sebesar 15%-18% di 2019. Target tersebut lebih rendah dibandingkan capaian penyaluran KPR yang hingga triwulan III tahun ini pertumbuhannya sudah mencapai 21,8%.
Direktur Konsumer BTN Budi Satria mengatakan, penyebab perlambatan pertumbuhan KPR tahun depan, salah satunya karena ada Pemilihan Umum Presiden pada April 2019. Tidak hanya pertumbuhan KPR, tahun depan kredit secara umum pun diprediksi hanya tumbuh 15% padahal hingga Triwulan III-2018, kredit mereka sudah tumbuh 19,2%.
Namun, Budi percaya, usai Pilpres 2019, maka sudah ada kepastian. Sehingga BTN bisa saja merevisi rencana kerja perusahaan (RKP) pada Juni 2019. "Begitu selesai April, gregetnya mulai terasa," kata Budi di kantornya, Jakarta, Selasa (18/12).
Tidak hanya Pilpres, tahun depan kondisi ekonomi global pun masih penuh ketidakpastian lantaran ada kemungkinan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The US Federal Reserve/The Fed), Fed Fund Rate, dinaikan dua kali. Hal tersebut bisa memicu Bank Indonesia untuk menaikan suku bunga acuannya yang berpengaruh pada tingkat bunga di industri perbankan. Tapi Budi memperkirakan, tahun depan The Fed menaikan suku bunganya secara moderat.
(Baca: Bunga Tinggi, Bankir Sebut Permintaan Kredit Rumah dan Kendaraan Lemah)
Selain itu, meski BI akan merespon dengan menaikan suku bunga acuannya, tapi BTN tidak langsung merespons dengan menaikan bunganya. Seperti tahun ini, di mana BI sudah menaikan suku bunganya sebanyak 175 basis poin (bps) sepanjang tahun 2018 tapi Bank BTN merespons dengan hanya menaikan 25-50 bps.
"Karena kita ingin supaya nasabah yang sebagian besar masyarakat pembeli rumah pertama, kita tidak mau juga mempengaruhi kemampuan mereka membayar pinjaman," kata Budi. Sementara tahun depan, Budi masih perlu melihat perkembangan dari kondisi internal mereka tahun depan.
Namun, Budi optimis target-target pertumbuhan kredit bisa tercapai khususnya pertumbuhan KPR karena pasar KPR masih sangat besar. Budi mengatakan, backlog kepemilikan rumah di Indonesia tiap tahun tumbuh sekitar 500 ribu. "Jadi pasar KPR yang sebetulnya tidak ada matinya," kata Budi.
Sementara, bank plat merah lainnya, PT bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan kredit secara umum hanya 11,5% padahal hingga Triwulan III-2018 pertumbuhan kreditnya sudah mencapai 13,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Tresuri dan Perbankan Internasional Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, permintaan kredit tahun depan tidak akan setinggi tahun ini karena tren kenaikan suku bunga. Terlebih, hingga akhir tahun ini Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan kreditnya cukup tinggi di kisaran 12-15%.
"Karena suku bunga terus naik, tapi karena ada kebutuhan, maka tetap akan ada demand," Darmawan di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (18/12).
(Baca: Bunga BI Diramal Naik 2 Kali Lagi, Ekonom Senior Lihat Ekonomi Stabil)