Bunga Pinjaman Masih Turun, Pertumbuhan Kredit Oktober Melesat 13,1%

Katadata | Agung Samosir
Suasana di salah satu kantor cabang bank di Jakarta
30/11/2018, 20.47 WIB

Berdasarkan analisis uang beredar yang baru saja dirilis Bank Indonesia (BI), kinerja penyaluran kredit terpantau terus membaik. Data sementara, total kredit sebesar Rp 5.188,6 triliun atau tumbuh 13,01% secara tahunan per Oktober lalu, meningkat dari bulan sebelumnya 12,4% secara tahunan. Perkembangan ini seiring tren bunga kredit yang masih menurun di tengah kenaikan bunga acuan.

Peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada debitor korporasi yang memiliki pangsa 50,1% dari total kredit. Kredit korporasi tumbuh 15,9%, meningkat dari bulan sebelumnya 14,3%. “Hal ini mengindikasikan kegiata ekonomi yang akan meningkat signifikan baik dalam investasi maupun kegiatan usaha,” demikian tertulis dalam laporan analisis uang beredar yang dirilis BI, Jumat (30/11).

Sementara itu, kredit untuk debitor perseorangan yang memiliki pangsa 45,5% dari total kredit tercatat melambat menjadi 10%, dari bulan sebelumnya 10,4%. Adapun pertumbuhan kredit yang sebesar 13,1% sejauh ini sudah melebihi target yang dirilis otoritas yakni 10-12%. 

(Baca juga: Perang Bunga Deposito, Ada Bank Kecil Tawarkan Special Rate Lebih 10%)

Bila dilihat berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit terjadi pada jenis kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit modal kerja tumbuh 14,1%, meningkat dari sebelumnya 13,6%. Penyebab utamanya peningkatan penyaluran kredit ke sektor konstruksi dan industri pengolahan.

Kredit modal kerja sektor konstruksi tumbuh 19,1%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 13,9%. Akselerasi pertumbuhan tersebut terutama imbas penyaluran untuk konstruksi jalan tol di Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Sementara itu, kredit modal kerja ke sektor industri pengolahan tumbuh 15,4%, meningkat dari bulan sebelumnya 13,9%. Akselerasi pertumbuhan terutama karena penyaluran ke subsektor industri pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi, serta subsektor industri semen, kapur, dan gips di wilayah Banten dan Sulawesi Utara.

(Baca juga: Harga CPO Anjlok, BCA Tidak Berani Salurkan Kredit ke Debitor Baru)

Di sisi lain, kredit investasi tumbuh 13,1%, meningkat dari sebelumnya 11,4%. Penyebab utamanya, pertumbuhan kredit jenis ini ke sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan.

Pertumbuhan kredit investasi pada sektor pengangkutan dan komunikasi terutama didorong oleh subsektor angkutan laut domestik di wilayah DKI Jakarta dan Kepulauan Riau. Sementara itu, pertumbuhan kredit jenis ini ke sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan disebabkan oleh peningkatan kredit pada subsektor perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau dan Jambi.

Adapun kredit konsumsi tercatat tumbuh sedikit melambat yaitu 11,4%, dari sebelumnya 11,5%. Penyebabnya, perlambatan pertumbuhan pada kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan kredit multiguna. Kredit KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) tercatat melambat menjadi 13,9% dari bulan sebelumnya 14,5%.

(Baca juga: Bunga Tinggi, Bankir Sebut Permintaan Kredit Rumah dan Kendaraan Lemah)

Sementara itu, kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tercatat tumbuh 11%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 9,4%. Kredit skala mikro tumbuh 18,2%, sedangkan kredit usaha menengah dan kecil masing-masing tumbuh 6,8% dan 11,7%.

Kinerja kredit ini seiring dengan suku bunga kredit yang belum mengalami tren kenaikan. Meskipun bunga deposito telah naik seiring kenaikan bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate. Sebelumnya, BI memang menyebut transmisi dari kenaikan bunga acuan ke bunga kredit biasanya baru dalam 9-12 bulan. Adapun sepanjang tahun ini, bunga acuan telah naik 175 basis poin ke level 6%.

BI mencatat, rata-rata bunga kredit perbankan sebesar 10,89% per Oktober, turun dibandingkan 11,32% per Januari. Sementara itu, rata-rata bunga deposito bertenor 1,3,6,12, dan 24 bulan tercatat sebesar 6,56%, 6,42%, 6,74%, 6,31%, dan 6,93% per Oktober. Ini meningkat dibandingkan rata-rata per Januari 5,72%, 6,03%, 6,49%, dan 6,68%.