Pada penghujung masa jabatannya sebagai Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengeluhkan masih tingginya bunga perbankan di Indonesia. Net Interest Margin (NIM) atau selisih bunga bersih perbankan dalam negeri masih terlampau besar. Bahkan Agus berani menyebut selisih bunga tersebut merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Hal ini dikatakan Agus di depan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Jakarta, Selasa (22/5). Mantan Menteri Keuangan tersebut menjelaskan bahwa NIM perbankan Indonesia masih capai 5 persen, padahal idealnya selisih bunganya hanya sebesar 2,5 persen.
"Terlalu tinggi, seharusnya bisa 2,5 persen," kata Agus. (Baca: Ketidakpastian Global Meningkat, BI Kerek Bunga Acuan 0,25% Jadi 4,5%)
Dia menilai tingginya bunga yang diberlakukan bank, ada hubungannya dengan efisiensi. Perbankan Indonesia tidak tertarik beroperasi di luar negeri yang bunganya lebih rendah. Bahkan, unga yang cukup besar membuat banyak investor berlomba membuat bank dalam negeri.
Agus menyarankan ke depan institusinya dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu mengambil langkah jitu guna menurunkan bunga bank. "Karena ini tugasnya OJK dan BI akan membantu dari sisi (kebijakan) makroprudensial," kata Agus yang akan lengser hari ini.
Meski merasa bunga perbankan masih tinggi, Agus masih sempat menaikkan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate 0,25% ke level 4,5% beberapa waktu lalu. Menurutnya, kebijakan merupakan bagian dari bauran kebijakan BI dalam menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global.
Namun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meminta perbankan tidak terburu-buru ikut menaikkan tingkat suku bunga. “Agar jangan mempengaruhi bunga pinjaman orang,” kata Darmin beberapa hari lalu. (Baca: Bunga Acuan Naik, Darmin Minta Bank Tak Cepat Kerek Bunga Kredit)
Dalam paparannya kepada DPR, Agus sempat memamerkan beberapa kebijakan BI yang dibuat di eranya. Beberapa diantaranya adalah pembuatan aturan sandbox bagi perusahaan teknologi finansial (fintech). Kebijakan yang menurutnya tidak kalah penting adalah mengintegrasikan pembayaran tol dari tunai menjadi elektronik.
"Inflasi kita juga dalam tiga tahun ada di kisaran 3 persen, dari 2013 8,3 persen," kata Agus.