Rupiah Terancam Kembali Melemah Akibat Perang Dagang Global dan Tarif Impor AS

Ringkasan
- Rupiah diproyeksikan melemah terhadap dolar AS akibat kekhawatiran pasar terhadap dampak negatif kebijakan kenaikan tarif impor AS. Kekhawatiran ini tercermin dari penurunan tingkat keyakinan konsumen AS ke level terendah dalam 12 tahun.
- Rupiah diperkirakan akan melemah ke Rp 16.650 per dolar AS dengan *supportdi Rp 16.500 per dolar AS. Data Bloomberg menunjukkan rupiah dibuka melemah di level Rp 16.614 per dolar AS.
- Meskipun dolar AS terkoreksi setelah rilis data kepercayaan konsumen, penguatan rupiah diperkirakan terbatas. Sentimen *risk-ondi pasar ekuitas diharapkan dapat mendukung penguatan rupiah, tetapi kekhawatiran kebijakan tarif impor AS dapat membatasinya.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah masih akan tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat kekhawatiran perang dagang global.
“Kekhawatiran pasar mengenai dampak negatif pemberlakuan kebijakan kenaikan tarif impor AS minggu depan masih belum reda dan menjadi penguat dolar AS terhadap nilai tukar lainnya,” ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (26/3).
Ia menjelaskan, kekhawatiran pasar ini tercermin dalam data tingkat keyakinan konsumen AS yang dirilis semalam. Data tersebut menunjukkan penurunan ke level terendah dalam 12 tahun, yakni 92,9 dibandingkan 100,1 sebelumnya.
“Potensi pelemahan rupiah ke arah Rp 16.650 per dolar AS dengan support di sekitar Rp 16.500 per dolar AS hari ini,” katanya.
Berdasarkan data Bloomberg per pukul 09.15 WIB, rupiah dibuka melemah di level Rp 16.614 per dolar AS, turun 2,50 poin atau 0,01% dari penutupan sebelumnya.
Peluang Penguatan Rupiah Masih Ada, Tapi Terbatas
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai rupiah masih memiliki peluang menguat terhadap dolar AS meskipun terbatas. Menurutnya, pelemahan dolar AS terjadi setelah survei menunjukkan indeks kepercayaan konsumen AS turun ke tingkat terendah dalam 12 tahun.
“Dolar AS terkoreksi setelah survei menunjukkan indeks kepercayaan konsumen AS yang turun ke tingkat terendah dalam 12 tahun,” kata Lukman.
Selain itu, sentimen risk-on di pasar ekuitas juga diharapkan dapat mendukung penguatan rupiah. Namun, Lukman menilai penguatan ini akan terbatas.
“Kekhawatiran tarif dari Presiden AS Donald Trump yang akan mulai diterapkan minggu depan juga dapat membatasi penguatan. Rupiah diperkirakan berada di level Rp 16.550 per dolar AS hingga Rp 16.650 per dolar AS,” ujarnya.