Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan permasalah utama Bank Muamalat yaitu kurangnya modal untuk ekspansi. Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di hadapan Komisi XI DPR RI dalam rapat kerja (raker) hari ini.
Wimboh mengatakan saat ini Bank Muamalat masih beroperasi secara normal. Bahkan, menurutnya bank syariah pertama di Indonesia ini memiliki likuiditas yang cukup kuat. "Bank ini basic business-nya bagus, hanya perlu tambahan modal agar bisa berkembang lebih besar lagi," kata Wimboh.
Dia menilai urgensi kebutuhan modal Bank Muamalat merupakan suatu hal yang normal bagi perbankan. OJK berharap bank ini bisa terus tumbuh dalam fungsi intermediasi, yakni menampung dana dan menyalurkannya untuk kegiatan ekonomi.
(Baca: Yusuf Mansur Targetkan 2,2 Juta Penabung Baru di Bank Muamalat)
Masalahnya di tengah kebutuhan modal saat ini, pemegang saham mayoritas Bank Muammalat tidak bisa menambah dana. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan ada ketentuan dalam internal bank ini yang membatasi kepemilikan saham untuk setiap entitas.
"IDB (Islamic Development Bank) sebagai pemilik 32,74 persen saham Bank Mualamat mengalami keterbatasan. Aturan internal mereka penyertaan maksimum 20 persen sehingga di Muamalat tidak bisa menambah modal lagi," ujar Heru pada kesempatan yang sama.
(Baca: Minna Padi Batal Beli Bank Muamalat)
Pemegang saham lainnya pun terbentur masalah yang sama. Pemegang saham Bank Muamalat lainnya yaitu Ban Boubyan memegang 22 persen, Atwil Holding Limited sebesar 17,91 persen, dan National Bank of Kuwait 8,45 persen. Sedangkan sisanya dimiliki oleh perorangan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dalam rapat tersebut, Anggota Komisi XI DPR Andreas Eddy Susetyo mengusulkan investor yang masuk untuk menyuntikkan modal ke Bank mumalat, sebaiknya berasal dari lembaga keuangan. "Jadi, jangan menjadi kesempatan kuda tunggangan. Karena melihat historical-nya, itu sahamnya sudah naik besar. Jadi, ada pihak yang sudah diuntungkan tapi Bank Muamalat belum mendapatkan investor," ujarnya.
(Baca: Yusuf Mansur Targetkan 2,2 Juta Penabung Baru di Bank Muamalat)