Kementerian BUMN: Suntikan Modal Negara Tak Langsung Buat Cetak Laba

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) berbincang dengan Menteri BUMN Rini Soemarno (kedua kiri) dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (3/5).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
12/9/2017, 19.02 WIB

Deputi Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha BUMN Kementerian BUMN Aloysius K Ro menyebut pemberian Penyertaan Modal Negara (PMN) tak langsung berdampak atas keuntungan perusahaan pelat merah. Pernyataan ini menjelaskan alasan tujuh BUMN merugi setelah diberikan PMN.

Tujuh BUMN tersebut, yakni PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Perkebunan Nusantara X (Persero), PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), PT Perkebunan Nusantara VII (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

(Baca: Kerugian Enam BUMN Bengkak Setelah Dapat Suntikan Modal Negara)

Aloysius mengatakan, PMN digunakan untuk memberikan suntikan modal bagi BUMN dalam berinvestasi di berbagai proyek. Penyelesaian proyek tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum beroperasi.

Beberapa proyek misalnya, kata Aloysius, membutuhkan waktu hingga dua sampai tiga tahun sebelum bisa beroperasi. Alhasil, keuntungan korporasi tak bisa langsung muncul setelah BUMN mendapatkan PMN.  (Baca juga: Pemerintah Setop Suntikan Modal, BPJS Diminta Mandiri Atasi Defisit)

"Kami melihat proyek itu butuh waktu untuk menjadi untung. Membangun satu, dua, tiga tahun setelah itu baru beroperasi. Di situlah kami mengharapkan return dari proyek itu, investasi itu memberikan imbal hasil. Jadi ada time lag antara investasi dengan keuntungan," kata Aloysius di kantornya, Jakarta, Selasa (12/9).

Aloysius menyatakan ada beberapa kendala bagi ketujuh BUMN tersebut dalam menjalankan usahanya. Kendala tersebut seperti karena accounting treatment, restrukturasi, maupun faktor global.

"Ada memang mau melakukan perapihan, bersih-bersih. Kedua karena faktor global," kata Aloysius.  (Baca: Proyek LRT Jabodebek, DPR Terbelah Soal Pemberian PMN untuk KAI)

Adapun, PTPN III, VII, IX, dan X mengalami kerugian karena terkendala faktor musim yang berdampak pada produktivitas dan kualitas tebu.

"Khusus untuk industri gula sepanjang tahun lalu itu iklim basah. Ini yang menjadi musuh utama pabrik gula. Sudah basah, susah panen," kata Deputi Bidang Usaha Industri Agro Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro.

(Baca: Disuntik Negara Rp 2 Triliun, SMI Danai Proyek Tol dan Listrik)

Halaman: