Laba BRI Tumbuh 22% Jadi Rp 12,5 Triliun, Kredit Mikro Masih Primadona

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso.
Penulis: Lavinda
6/8/2021, 13.51 WIB

Dari sisi kualitas kredit, di tengah kondisi ekonomi yang menantang tahun ini, perusahaan memiliki rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) 3,3%. Guna menghadapi risiko kredit macet, BRI menyiapkan cadangan (NPL coverage) 254,84% atau 2,5 kali dari jumlah NPL.

"Kondisi cadangan dialokasikan dengan mempertimbangkan kondisi restrukturisasi BRI saat ini, karena kami sedang mengalami restrukturisasi walaupun jumlahnya menurun," ujarnya.

Terkait liabilitas, BRI mampu menghimpun dana pihak ketiga Rp 1.096,45 triliun atau tumbuh 2,23% YoY. Jumlah tabungan tumbuh 11,4% atau Rp 461,7 triliun, giro Rp 191,39 triliun, sementara deposito Rp 443,35 triliun.

Peningkatan ini mendorong pertumbuhan rasio dana murah BRI menjadi 59,56%, tumbuh dari persentase sebelumnya 55,81%. Porsi rasio dana murah yang meningkat membuat biaya dana (cost of fund) menyusut dari 3,54% menjadi 2,18%.

"Dengan pertumbuhan kredit yang positif disertai cost of fund yang lebih efisien, membuat net interest income (pendapatan bunga bersih) tumbuh 28.7% menjadi Rp 47,73 triliun," katanya.

Dengan demikian, rasio kecukupan likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) tercatat tumbuh menjadi 84,77%, sementara rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada di level 19,98%.

Sunarso mengatakan pihaknya optimistis bisa menjaga pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan dengan tetap berhati-hati dalam mengelola dampak pandemi Covid-19. Salah satunya, dengan disiplin membentuk cadangan yang memadai. 

Halaman: