Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan tren penurunan bunga deposito masih akan berlanjut hingga awal tahun ini. Namun, laju penurunanya akan lebih lambat.
"Besaran penurunan suku bunga akan dipengaruhi kondisi likuiditas yang masih longgar, pertumbuhan permintaan kredit yang meningkat secara bertahap, dan kebutuhan pencapaian kinerja akhir tahun," demikian tertulis dalam indikator likuiditas edisi Desember, dikutip Rabu (5/1).
LPS melihat, penurunan suku bunga simpanan di sebagian besar perbankan masih dalam tahap penyesuaian terhadap penurunan bunga penjaminan. LPS telah memangkas suku bunga penjaminan untuk rupiah dan valas masing-masing 50 bps dan 25 bps dalam keputusan September lalu. Ini merupakan tingkat bunga penjaminan terendah sepanjang sejarah, menyusul penurunan lebih dulu pada bunga acuan bank sentral.
"Ke depan, perbankan masih akan melakukan penyesuaian besaran suku bunga dalam upaya menjaga spread net interest margin dan profitabilitas jangka panjang," kata LPS.
Adapun dalam pemantauan yang dilakukan LPS pada November, suku bunga masih melanjutkan tren penurunan sekalipun lebih lambat. Rata-rata tingkat bunga deposito rupiah atau 22 moving daily average benchmark LPS turun 8 bps ke level 3,06% dari bulan sebelumnya.
Suku bunga minimum turun 6 bps ke level 2,49%, sedangkan suku bunga maksimum turun 10 bps ke level 3,62%. Suku bunga maksimum valuta asing (valas) pada November 2021 juga turun 1 bps ke level 0,24%, sedangkan suku bunga minimum dan average valas tetap pada level 0,16% dan 0,20%.
"Tren penurunan suku bunga simpanan masih berlanjut sepanjang bulan November 2021 ditengah kondisi likuiditas perbankan yang masih longgar kendati dengan laju yang lebih lambat," kata LPS.
Hingga akhir November, jumlah simpanan di perbankan mencatatkan kenaikan. Jumlah dana yang diparkir mencapai Rp 7.388 triliun, naik 10,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan jumlah simpanan terutama terjadi pada simpanan di atas Rp 5 miliar. Simpanan jumbo tersebut naik 16,4% dari tahun sebelumnya, jauh di atas tier simpanan lain yang tumbuh di bawah 7%. Simpanan di atas Rp 5 miliar berkontribusi 51,2% dari total simpanan bulan November atau Rp 3.782 triliun.
Semua tiering nominal simpanan mencatat kenaikan secara tahunan. Kendati demikian, simpanan mini bernilai Rp 100 juta ke bawah tumbuh paling lambat. Simpanan kelompok ini hanya tumbuh 3,1% dari posisi November 2020 menjadi Rp 957 triliun. Sedangkan kelompong simpanan lainnya juga tumbuh tetapi tidak lebih dari 7%.
Dalam laporan yang sama, LPS memperkirakan, penyaluran kredit akan melanjutkan pemulihan. Hingga Oktober, penyaluran kredit tumbuh 3,24% secara tahunan.
"Penyaluran kredit perbankan tetap perlu memperhatikan pengelolaan risiko kredit meskipun relaksasi kredit restrukturisasi telah diperpanjang sampai dengan Maret 2023," kata LPS.