Dolar AS Perkasa di Tengah Kekhawatiran Inflasi

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Pekerja menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022).
1/6/2022, 12.04 WIB

Dolar AS menguat secara keseluruhan terhadap sejumlah mata uang utama pada akhir perdagangan Rabu (1/6) pagi, imbas dari naiknya imbal hasil obligasi pemerintah dan kekhawatiran atas percepatan berkelanjutan dalam inflasi global yang menekan selera risiko investor.

Menyitir Reuters, menguatnya dolar AS didukung permintaan terhadap instrumen safe haven, di tengah melemahnya beragam saham pada bursa Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi akibat melonjaknya harga minyak serta komentar dari pejabat bank sentral AS (The Federal Reserve) yang menakuti investor.

Yield US Treasury naik sehari setelah Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan lembaganya harus siap untuk menaikkan suku bunga sebanyak setengah poin persentase pada setiap pertemuan, hingga inflasi dapat dipastikan terkendali.

Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,3 persen pada 101,76, dengan kecepatan kenaikan terbaik untuk satu hari selama hampir dua minggu terakhir.

Indeks dolar naik sekitar 6,4 persen sepanjang tahun ini, tetapi turun 1,4 persen untuk Mei, dengan laju penurunan bulanan terburuk dalam setahun.

Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Ketua Th Fed Jerome Powell pada Selasa (31/5) bahwa dia akan memberi bank sentral ruang dan independensi untuk mengatasi inflasi sesuai keinginan.

"Presiden menekankan Ketua Powell dalam pertemuan itu, apa yang telah dia garisbawahi secara konsisten, termasuk hari ini, bahwa dia menghormati independensi Federal Reserve," kata penasihat ekonomi utama Biden, Brian Deese, Selasa (31/5) waktu AS.

Menurut Kepala Strategi Mata Uang Scotia Bank, Shaun Osborne, rebound dolar AS pada Selasa (31/5) menunjukkan dukungan yang lebih baik terhadap indeks dolar selama rata-rata pergerakan pada 50 hari, dan telah diuji selama beberapa sesi terakhir.

Indeks dolar belum ditutup di bawah rata-rata pergerakan 50 hari sejak pertengahan Februari, tetapi bergerak lebih dekat selama beberapa sesi terakhir.

"Kami pikir dolar tidak mungkin reli secara signifikan dan masih mempertimbangkan aksi harga untuk mencerminkan tahap awal pembalikan yang lebih luas dalam tren bullish dolar baru-baru ini," kata Osborne seperti dikutip Reuters.

Sementara untuk euro, saat ini, masih tetap lemah karena data pada Selasa (31/5) menunjukkan inflasi zona euro mencapai rekor tertinggi pada Mei.

Kondisi ini menambah tekanan pada Bank Sentral Eropa ketika mereka tengah berupaya mencegah resesi dan mengekang harga tinggi dengan kenaikan suku bunga bertahap dalam beberapa bulan mendatang.

Inflasi pada 19 negara yang menggunakan euro meningkat menjadi 8,1 persen pada Mei, dari 7,4 persen pada April. Pergerakan ini mengalahkan ekspektasi sebesar 7,7 persen karena pertumbuhan harga terus meluas. Menunjukkan bahwa tidak lagi hanya energi yang menarik angka-angka utama.

Terhadap dolar, euro turun 0,5 persen ke level terendah dalam lima hari.

Sementara itu, dolar Kanada menyentuh 1,2653 per dolar AS, mendekati level tertinggi satu bulan yang dicapai dalam semalam, menjelang pertemuan bank sentral Kanada.

Sedangkan di pasar mata uang kripto, bitcoin naik 1,39 persen menjadi 31.666,45 dolar AS, mendekati level tertinggi tiga minggu.

Kondisi ini sudah lebih baik dibandingkan sepanjang periode 1-24 Februari 2022 indeks dolar AS telah menguat 0,53 poin (0,55%). Berikut datanya:

Reporter: Aryo Widhy Wicaksono