Silicon Valley Bank menjadi bank gagal pada Jumat (10/3), hanya berselang 48 jam setelah perusahaan megumumkan rencana penjualan sahamnya. Bank investasi Goldman Sachs dan lembaga pemeringkatan Moody's diketahui ikut memicu kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB).
Mengutip The Wall Street Journal, petinggi Silicon Valley Bank diketahui mendatangi Goldman Sachs pada akhir Februari. Ia mencari saran karena perlu memperoleh uang tetapi tak yakin bagaimana melakukannya.
Suku bunga yang melonjak telah menelan banyak korban di industri perbankan. Deposito dan nilai portofolio obligasi bank anjlok. Ini membuat perbankan harus mengatur ulang keuangannya untuk menghindari seretnya pendanaan yang akan memberikan dampak buruk bagi keuntungan perusahaan. Di tengah situasi tersebut, Moody's tengah bersiap untuk menurunkan peringkat utang SVB.
Pembicaraan antara JP Morgan dan Silicon Valley Bank diadakan selama 10 hari yang berakhir dengan pengumuman pada 8 Maret 2023 tentang kerugian US$ 2 miliar dan rencana penjualan saham yang justru memicu ketakutan investor. Saham SVP anjlok hingga 60,41% pada hari tersebut.
Nasabah dan modal ventura yang memiliki saldo besar dan tidak dijaminkan lembaga penjaminan simpanan AS panik. Mereka berusaha menarik dana di SVB mencapai US$ 42 miliar dalam satu hari.
Tak ada yang bisa memperkirakan reaksi keras pasar terhadap Silicon Valley Bank, rencana Goldman Sachs untuk bank tersebut pun akhirnya menjadi kesalahan fatal. Mereka meremehkan bahaya bahwa banjir berita buruk dapat memicu krisis kepercayaan, suatu perkembangan yang dapat dengan cepat menjatuhkan bank.
Goldman Sachs adalah penasihat bagi orang kaya dan berkuasa. Mereka membantu mengatur merger, membantu perusahaan mengumpulkan uang dan merancang solusi kreatif untuk situasi sulit dari berbagai masalah keuangan. Mereka telah membantu banyak perusahaan menghasilkan miliaran dolar AS.
Namun bagi Silicon Valley Bank, saran emas Goldman justru menimbulkan biaya paling mahal. SVB runtuh dengan kecepatan luar biasa, kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS. Kejatuhannya berpotensi memicu krisis perbankan yang sedang berusaha keras untuk diatasi oleh regulator.
Kisah hari-hari terakhir SVB ini didasarkan pada wawancara Wall Street Journal dengan para bankir, pengacara, dan investor yang hampir berpartisipasi dalam kesepakatan yang gagal.
Masalah SVB sendiri bersifat mekanis, yakni bank menghasilkan keuntungan dengan mengelola lebih banyak uang para deposan, baik melalui penyaluran kredit maupun penempatan dana dalam bentuk surat berharga atau obligasi. Namun, SVB membayar mahal untuk menghentikan deposan menarik dananya.
SVB seperti banyak bank lainnya terjebak di tengah kenaikan agresif bunga The Fed karena menempatkan banyak dana dari oblgasi berisiko rendah yang dibeli ketika era suku bunga rendah, Portofolio obligasi SVB senilai US$21 miliar menghasilkan rata-rata imbal hasil 1,79%, sedangkan imbal hasil treasury AS 10 tahun saat ini sudah mencapai sekitar 3,9%.
Menjual sebagian besar obligasi seharusnya dapat mengurangi tekanan. Apalagi, SVB juga menghadapi penarikan dana deposan karena mayoritas merupakan perusahaan teknologi yang mengalami kekeringan pendanaan dari modal ventura setelah era pandemi.
Menjual obligasi berarti SVB akan memiliki uang tunai ekstra, dan setidaknya sebagian dari uang tunai itu dapat digunakan untuk membeli obligasi baru yang membayar lebih banyak. Namun transaksi itu datang dengan tanda bintang besar: SVB harus menyadari kerugian besar.
Para eksekutif Silicon Valley Bank mendatangi Goldman juga dengan garis besar rencana untuk meningkatkan modal. Dua firma ekuitas swasta, General Atlantic dan Warburg Pincus LLC, masuk dalam daftar calon investor bank.
SVB ingin menambah modal melalui private placement, di mana mereka dapat menjual saham pada investor strategis dengan harga tertentu. Para eksekutif tersebut ingin menyelesaikan kesepakatan ini dengan cepat karena mengetahui Moody's sedang bersiap menurunkan peringkat SVB, yang dapat membuat investor khawatir.
Goldman menawarkan opsi penambahan modal secara hibrida, yakni penjualan saham melalui private placement dan tawaran ke mulai bergerak mencari investor pada minggu pertama Maret dan mendekati dua perusahaan ekuitas swasta. Melalui opsi tersebut, Goldman menilai perusahaan akan mendapatkan lebih banyak investor untuk memenuhi kebutuhan pendanaan mencapai US$ 2,25 miliar, sembari memberikan kesempatan publik membeli saham dengan harga yang sama.
Namun, rencana ini terhambat setelah Warburg keluar dari rencana kesepakatan pada 5 Maret. Ini membuat Goldman membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengevaluasi kesepakatan dibandingkan waktu yang dimiliki SVB.
Di sisi lain, SVB juga sedang mencari pembeli untuk portofolio sekuritas utang yang tersedia untuk dijual senilai $21 miliar. Pembelinya adalah Goldman.
General Atlantic setuju untuk mengumpulkan US $500 juta dalam penjualan saham. Namun, waktu mereka hampir habis untuk mengumpulkan lebih banyak investor demi memasok sisa $1,75 miliar yang ingin dikumpulkan oleh SVB. Para eksekutif SVB tidak siap untuk memberikan informasi yang dibutuhkan investor agar semua orang bergabung.
Goldman pun memutuskan bahwa satu-satunya pilihan adalah penawaran saham publik dan penambahan modal oleh General Atlantic sebagai investor strategis. Eksekutif SVB menandatangani rencana tersebut..
Goldman menyelesaikan pembelian portofolio sekuritas SVB dengan harga diskon dari nilai pasarnya pada 8 Maret. Namun setelah pasar tutup, SVB mengumumkan bahwa mereka telah menyadari kerugian US$1,8 miliar atas penjualan tersebut, tanpa mengungkapkan pembelinya dan mengatakan akan menjual saham untuk meningkatkan modal.
Tim manajemen SVB sebenarnya sudah bersiap untuk berita buruk tersebut. Tepat sebelum bank meluncurkan penjualan sahamnya yang gagal, ia menyewa firma penasehat kesepakatan Centerview Partners untuk mengeksplorasi rencana B.
Bankir Goldman masih yakin bahwa penjualan saham akan terjadi bersamaan. Saham SVB pada awalnya hanya turun sekitar 8% pada jam setelah market , penurunannya tidak sebesar yang dikhawatirkan, dan para bankir Goldman menerima banyak pesanan untuk membeli saham.
Bankir Goldman masih yakin bahwa penjualan saham akan terjadi bersamaan. Saham SVB pada awalnya turun sekitar 8% setelah jam berakhir. Penurunannya tidak sebesar yang dikhawatirkan dan para bankir Goldman menerima banyak pesanan untuk membeli saham.
Namun, suasana pasar berubah kurang dari satu jam kemudian ketika bank lain, Silvergate Capital Corp mengumumkan penutupannya menyusul penurunan simpanan. Penurunan peringkat Moody's satu tingkat, tidak separah yang ditakuti para eksekutif SVB, meluncur pada malam itu, Rabu (8/3).
Keesokan harinya (9/3) saham SVB pun merosot saat pasar dibuka. Ini mendorong para nasabahnya yang sebagian besar merupakan perusahaan teknologi menarik simpanan mereka. Itu adalah awal dari spiral ke bawah: Ketika berita tentang penarikan setoran besar-besara menyebar, saham jatuh lebih jauh, mendorong lebih banyak nasabah untuk menarik uang mereka. Saham SVB ditutup turun lebih dari 60 pada hari itu.
Meski begitu, rencana Goldman belum berakhir. Sejumlah investor mengantri saham SVB seharga $95 per saham, sekitar $11 lebih rendah dari harga penutupan hari itu. Namun sekitar pukul 5 sore, para bankir Goldman mendapat laporan tentang arus keluar deposit SVB.
Pengacara SVB di Sullivan & Cromwell LLP mengatakan kesepakatan itu tidak dapat dilanjutkan tanpa pengungkapan tentang kerugian simpanan. Goldman pun membatalkan kesepakatan itu. Federal Deposit Insurance Corp pun menyita SVB sebelum dibuka keesokan paginya.