Bank AS Dilanda Krisis, Sri Mulyani Sebut Tidak Berdampak ke Indonesia

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) berbincang dengan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (kiri), dan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa sebelum menyampaikan konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) II Tahun 2023 di Jakarta, Senin (8/5/2023).
8/5/2023, 21.23 WIB

Sektor perbankan di Amerika Serikat sedang mengalami krisis usai sejumlah bank besar seperti Silicon Valley Bank dan Signature Bank bangkrut. Tutupnya bank itu sebagai dampak dari kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve yang mengerek suku bunga acuan tinggi untuk menekan inflasi. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, efek dari krisis perbankan di AS tidak berpengaruh terhadap sektor perbankan di Indonesia. Namun, ketidakpastian pasar keuangan akan menurun seiring respons bank sentral AS dan Eropa untuk memitigasi risiko kasus perbankan.

"Perkembangan ini mendorong aliran masuk modal asing dan penguatan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," ujar Sri Mulyani, dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Senin (8/5). 

Ketua Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar mengatakan kinerja perbankan Tanah Airdi kuartal pertama tahun ini secara keseluruhan bertumbuh positif. Dirinya optimis, pertumbuhan ini akan berlanjut ke depannya.

Mahendra menyebut, hingga Maret 2023, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 9,93% secara tahunan (year on year/yoy), terutama ditopang kredit investasi yang tumbuh 11,40% yoy. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,00% yoy, dengan giro dan deposito sebagai pendorong utama pertumbuhan.

Kondisi tersebut mendukung terjaganya likuiditas perbankan, antara lain tercermin dari Rasio Alat Likuid/Noncore Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 128,87% dan 28,91%, jauh di atas ambang batas (threshold)  50% dan 10%. 

Selain itu, Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada pada level 244,28% melampaui threshold 100%. Dari sisi permodalan, Capital Adequacy Ratio (CAR)  berada pada level 24,69%. Sementara itu, risiko kredit membaik dengan Non Performing Loan (NPL) gross turun ke level 2,49% dan NPL net 0,72%.

Selanjutnya, kredit restrukturisasi Covid-19 terus melanjutkan penurunan menjadi Rp 405,42 triliun dengan jumlah debitur yang juga terus menurun menjadi 1,83 juta debitur.

Adapun, pasar keuangan Amerika Serikat dihadapkan sejumlah permasalahan, mulai dari kegagalan bank hingga ancaman gagal bayar karena kebuntuan pembahasan plafon utang.

Pasar keuangan global kembali bergejolak setelah salah satu bank AS bangkrut, First Republic Bank. First Republic adalah salah satu pemberi pinjaman regional AS yang paling terpukul oleh krisis kepercayaan di sektor perbankan sejak Maret.

Para deposan melarikan diri secara massal dari bank kecil ke raksasa seperti JPMorgan karena mereka panik atas runtuhnya dua bank menengah AS lainnya, Silicon Valley Bank dan Signature Bank.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail