Asuransi Jadi Strategi Proteksi Diri Hadapi Ekonomi Tak Menentu

FWD
FWD Insurance memiliki sejumlah produk asuransi sesuai kebutuhan nasabah, contohnya asuransi kesehatan FWD Hospital Care Protection.
Penulis: Luky Maulana
18/2/2024, 08.48 WIB

Situasi perekonomian yang penuh ketidakpastian berpotensi menimbulkan risiko terhadap kesejahteraan diri maupun keluarga. Sejalan dengan ini, masyarakat perlu menyiapkan proteksi, salah satunya berupa asuransi.  

Head of Investment FWD Insurance Reza Dharma, dalam siniar Katalogue edisi FWD bertajuk Blak-Blakan Meraup Cuan di Tahun Naga Kayu, mengatakan perekonomian sedang memasuki kondisi VUCA (volatility, uncertainty, compxlexity). Secara umum, situasi ekonomi yang tak menentu memunculkan volatilitas yang berujung kepada kondisi lebih kompleks.

“Apa yang perlu kita siapkan misalnya terjadi kondisi ekonomi yang tak bisa kita perkirakan? Kita harus punya yang namanya proteksi. Proteksi dalam hal ini yang paling sederhana adalah asuransi jiwa,” katanya, Kamis (8/2).

 mencontohkan produk proteksi diri berupa asuransi. Asuransi jiwa, misalnya, memberikan perlindungan dari kerugian finansial ketika yang tertanggung meninggal dunia.

Selain itu, ada pula asuransi kesehatan. Proteksi ini bisa memberikan perlindungan berupa manfaat rawat inap maupun rawat jalan yang disebabkan oleh sakit maupun penyakit.

Menurut Reza, masyarakat sebaiknya mulai mempertimbangkan jenis proteksi lain juga, contohnya asuransi pendidikan anak.

“Alangkah lebih baik, kita tak hanya memberikan perlindungan jiwa dan kesehatan, tetapi juga merencanakan untuk pendidikan anak, salah satunya dengan memiliki asuransi pendidikan,” katanya.

FWD Insurance memiliki sejumlah produk asuransi sesuai kebutuhan nasabah, contohnya asuransi kesehatan FWD Hospital Care Protection. Asuransi ini produk perlindungan untuk pelayanan medis dan rawat inap jalan, disertai beragam fasilitas kesehatan lain. Tersedia pula asuransi untuk penyakit kritis, yaitu FWD Critical Armor.

FWD Insurance juga meluncurkan FWD Berkah Pendidikan, produk asuransi pendidikan berbasis syariah. Selain ini, ada pula produk asuransi yang dikaitkan investasi (PAYDI) alias unit link. Seluruh produk asuransi yang tersedia tentu menyesuaikan profil risiko masing-masing nasabah.

Adapun, Reza menjelaskan, pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap asuransi secara lebih baik. Oleh karena itu, FWD Insurance optimistis asuransi senantiasa tumbuh ke depan.

“Misalnya ingin masuk ke proteksi maka sebaiknya mencari produk-produk asuransi. Sebaiknya cari produk (asuransi jiwa) yang memang sesuai dengan kebutuhan. Kita juga harus tahu (manfaat dan ketentuan produk) seperti apa, dan kegunaannya untuk apa,” kata Reza.

Selain Reza, hadir pula Mr. Cuan dan Research Director Katadata Insight Centre (KIC) Gundy Cahyadi di dalam kesempatan yang sama.

Gundy menuturkan, selera masyarakat Indonesia terhadap investasi relatif terus tumbuh selama beberapa tahun terakhir. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, jumlah investor pasar modal pada Desember 2023 sebanyak 12,16 juta orang, ini meningkat 18,01 persen secara year on year.

Namun, perilaku investasi agaknya belum dibarengi dengan manajemen risiko secara mendasar. Menurutnya, sebelum berinvestasi sebaiknya masyarakat memiliki produk asuransi terlebih dulu. 

“Kita perlu untuk melakukan investasi yang risikonya boleh dibilang lebih tinggi, jadi masuk ke equity, ke saham, atau ke obligasi. Cuma, kalau kita belum ada basis, yaitu asuransi, menurut saya menjadi timpang,” katanya.

Sejalan, tingkat literasi asuransi di Indonesia memang relatif rendah. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia   baru mencapai 2,27 persen, dan dianggap rendah ketimbang sejumlah negara Asia Tenggara.

Adapun KIC memproyeksikan, meskipun perekonomian global sedang tak menentu namun Indonesia tetap prospektif. Pasalnya, fundamental perekonomian RI terus berkembang.

Penilaian terhadap fundamental ekonomi tersebut khususnya membandingkan dengan krisis sebelumnya, termasuk gejolak moneter pada 1998. Selain itu, lebih dari 50 persen produk domestik bruto Indonesia pun ditopang aktivitas perekonomian domestik.

Pada siniar yang digelar oleh FWD Insurance dan Katadata, seluruh narasumber menggarisbawahi mengenai pentingnya asuransi dalam menghadapi situasi ekonomi yang tak menentu. Dan, masyarakat  perlu senantiasa bersiap diri, serta optimistis dalam mewujudkan tujuan keuangan di masa depan, baik dengan investasi maupun asuransi.