PT Wijaya Karya Tbk akan mengoptimalkan sinergi bisnis anak dan cucu perusahaan guna memperbaiki kinerja pada paruh kedua 2020. Kinerja WIKA pada semester I merosot signifikan terdampak covid-19, lantaran kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat banyak proyek terganggu.

Alhasil laba bersih WIKA pada semester I pun anjlok hingga 71,91% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 250,41 miliar dibandingkan semester I 2019 sebesar Rp 890,88 miliar. Turunnya laba didorong oleh menurunnya pendapatan sebesar 37,23% yoy menjadi Rp 7,13 triliun dari Rp 11,36 triliun.

Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengungkapkan, perusahaan akan fokus mengoptimalkan sinergi lini bisnis di WIKA Group. Tujuannya untuk mewujudkan operasi bisnis yang lebih efisien. Selain itu dalam jangka panjang Perseroan akan fokus menggarap proyek energi dan industri plan serta properti.

"Upaya ini juga agar memastikan bahwa pertumbuhan yang dialami WIKA sebagai entitas induk juga turut dirasakan oleh entitas anak," katanya dalam paparan publik yang disiarkan secara virtual, Selasa (25/8).

Oleh karena itu, lanjut Budi, WIKA bakal mengebut pembagunan pabrik fabrikasi baja di Majalengka, Jawa Barat. Pabrik yang dimiliki WIKA Industri & Konstruksi (WIKA IKON) tersebut ditargetkan rampung pada kuartal III tahun ini.

Pabrik tersebut akan memiliki luas 30 hektar dan berkapasitas 75 ribu ton per tahun. Selain itu, pabrik juga memiliki empat jalur produksi yang dilengkapi dengan mesin-mesin robotik dan semi automatic. Dengan 4 jalur pabrik akan memproduksi produk-produk yang berkualitas dan berpresisi tinggi.

Dengan beroperasinya pabrik ini, kapasitas produksi fabrikasi baja bisa mencapai 100 ribu ton per tahun sekaligus menempatkan WIKA IKON sebagai salah satu perusahaan yang memiliki pabrik fabrikasi baja terlengkap di Indonesia. “Harapannya pada 2021 kita bisa menutup kinerja yang turun pada tahun ini,” katanya.

Bisnis Konstruksi Terdampak Covid-19

Di sisi lain, Budi mengakui, pandemi corona membuat bisnis kontruksi ikut terganggu. Misalnya penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat penjualan perseroan menurun lantaran maraknya pembatalan kontrak baru.

Sedangkan untuk kontrak eksisting pengerjaan proyek terganggu karena distribusi suplai material dan bahan bangunan serta tenaga kerja ikut terganggu imbas penerapan PSBB. “Ada beberapa proyek dihentikan. Sehingga kuartal kedua mempengaruhi omset WIKA dan profit juga turun,” ujarnya.

Akibat maraknya pembatalan kontrak baru, menurut Budi, kontrak baru WIKA hanya mencapai Rp 3,4 triliun hingga semester I 2020. Padahal WIKA tahun ini menargetkan kontrak baru senilai Rp 21,3 triliun.

“Kuartal ketiga dan keempat kita kebut. Agustus ini sudah mulai penjajakan kontrak baru. Proposisi masih di proyek Pemerintah paling banyak. Sedang lelang, akan diperoleh pada akhir kuartal III dan produksi bisa kuartal IV,” katanya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) sektor konstruksi termasuk sektor yang terdampak covid-19 dengan kontraksi sebesar 5,39% yoy pada kuartal II 2020. Adapun perekonomian pada periode tersebut terkontraksi sebesar 5,32% secara tahunan.

Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah