Pemerintah Buka Empat Opsi Penyelamatan Garuda, Termasuk Likuidasi

ANTARA FOTO/REUTERS/Regis Duvignau/File Ph
Regis Duvignau/ ARSIP FOTO: Logo Garuda Indonesia terlihat di pesawat Airbus A330 yang terparkir di kantor pusat Airbus di Colomiers dekat Toulouse, Prancis, 15 November 2019.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
28/5/2021, 12.40 WIB

Maskapai penerbangan domestik baru ini akan mengambil alih sebagian besar rute domestik yang sebelumnya diterbangi oleh Garuda. Maskapai baru ini juga akan dijadikan national carrier di pasar domestik.

Estimasi modal yang dibutuhkan untuk mendirikan maskapai baru ini sekitar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17,16 triliun berdasarkan kurs Rp 14.300. Untuk opsi ini, pemerintah memberi catatan untuk mengeksplorasi lebih lanjut sebagai opsi tambahan agar Indonesia tetap memiliki national flag carrier.

Beberapa maskapai di dunia pun menjalankan opsi restrukturisasi sembari mendirikan perusahaan maskapai baru. Seperti Sabena Airlines (Belgia) dan Swissair (Swiss).

Opsi terakhir yang dimiliki pemerintah adalah melakukan likuidasi Garuda dan membiarkan sektor swasta mengisi kekosongan tersebut. Menurut pemerintah, cara ini mampu mendorong swasta untuk meningkatkan layanan udara, misalnya dengan pajak bandara atau subsidi rute yang lebih rendah.

Namun, opsi terakhir ini membuat Indonesia tidak lagi memiliki maskapai penerbangan nasional lagi. Sebenarnya, pemerintah masih memiliki Merpati Nusantara Airlines, namun kondisinya tidak lebih baik dari Garuda saat ini karena sedang dikelola oleh Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

Opsi likuidasi yang dipikirkan pemerintah ini mencontoh maskapai lain di luar negeri, seperti Varig Airlines (Brasil) dan Malev Hungarian Airlines (Hongaria).

Katadata.co.id telah menghubungi Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga untuk mengkonfirmasi opsi mana yang paling mungkin dijalankan pemerintah. Namun, baik Kartika maupun Arya, belum memberikan respons pesan singkat yang dikirimkan Katadata.co.id.

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra mengatakan, perusahaan telah mengambil langkah efisiensi biaya dengan menawarkan opsi pensiun dini bagi karyawannya. Opsi pensiun dini Garuda ini diambil karena jumlah utang perusahaan yang makin membengkak di tengah pengurangan jumlah armada hingga 50% di masa pandemi.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin