PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk melakukan penyertaan modal berupa aset (inbreng) 798 menara telekomunikasi kepada PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usahanya di bidang penyediaan menara telekomunikasi.
Sebelumnya, Mitratel dikabarkan menjadi salah satu dari dua anak perusahaan BUMN yang ditargetkan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran saham perdana ke publik atau IPO pada tahun ini.
Setelah transaksi pengalihan aset 798 menara ini, Mitratel memiliki lebih dari 24.000 menara telekomunikasi. Hal ini diresmikan dengan penandatanganan Akta Inbreng dan Head of Agreement antara Telkom dengan Mitratel yang dilakukan secara hybrid pada Selasa (3/8).
Budi Setyawan Wijaya menyampaikan pengalihan aset menara telekomunikasi itu merupakan bagian dari penataan portofolio Grup Telkom. Selain itu, merupakan komitmen induk usaha untuk menjadikan Mitratel sebagai kendaraan bisnis sekaligus pemain yang kuat dan menguasai industri menara di Indonesia.
Menurut dia, bisnis menara telekomunikasi merupakan industri yang prospektif, di tengah potensi perkembangan ekonomi digital, serta masuknya teknologi generasi kelima.
"Telkom percaya Mitratel mampu memperkokoh posisinya sebagai pemimpin industri menara telekomunikasi nasional,” ujar Budi dalam keterangan tertulis, Selasa (3/8).
Dia menyampaikan aksi inbreng menara milik Telkom ke Mitratel juga merupakan salah satu strategi bisnis untuk meningkatkan kapabilitas dari sisi aspek infrastruktur telekomunikasi. Menara-menara yang dialihkan memiliki potensi kolokasi dan tenancy ratio di atas rata-rata industri. "Inbreng ini menjadi modal yang kuat untuk bisnis menara Mitratel ke depan," katanya.
Budi juga meyakini Mitratel akan mencatatkan kinerja bisnis yang positif, dipicu ekspansi perusahaan operator telekomunikasi, baik dari sisi kualitas jaringan maupun perluasan jangkauan layanan.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko berkomitmen untuk mendukung penataan portofolio Grup Telkom. Ke depan, perusahaan akan mengelola aset dan bisnis menara dengan baik demi memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengumumkan siap menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) anak perusahaan BUMN, salah satunya Mitratel.
Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan ini merupakan bagian dari rencana IPO 13-14 BUMN dan anak perusahaannya selama empat tahun ke depan. "Tahun 2021 nanti ada dua, Mitratel dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE)," kata Pahala, Rabu (4/4).
Berdasarkan data D-Insight, Mitratel berupaya mengumpulkan US$1 miliar dalam IPO atau setara Rp 14,6 triliun. Sementara PGE berencana menghimpun dana sekitar US$ 500 juta atau Rp 7,3 triliun.
Dari sisi nilai, IPO Mitratel akan menjadi yang terbesar di antara emiten-emiten menara telekomunikasi yang melantai di bursa saham sebelumnya.
Saat ini, Mitratel menguasai bisnis penyewaan menara telekomunikasi dengan memiliki 22.000 unit menara. Pesaing terdekat adalah PT Sarana Menara Tbk (TOWR) yang memiliki 21.373 menara telekomunikasi. Dalam sebuah riset, Analis JP Morgan Ranjan Sharma mengatakan nilai enterprise value (EV) atau valuasi Mitratel tahun ini US$2,3 miliar-US$3,9 miliar.