Perusahaan minyak dan gas (migas) Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) memproyeksikan kinerja perusahaan terus tumbuh positif sepanjang 2021. Optimisme tersebut didukung berbagai langkah akusisi yang gencar dilakukan tahun ini, seperti akuisisi Blok Kangean dan Blok Sengkang.
Investor Relations ENRG Herwin Hidayat mengatakan, beberapa bulan lalu perusahaan telah menyelesaikan proses akuisisi 25% Blok Kangean di Energi Mega Pratama Inc. Sebelumnya status kepemilikan EMP di Blok Kangean sekitar 45% hingga 50%. Melalui proses akuisisi terbaru, maka kepemilikan emiten pertambangan migas ini menjadi 75% di Blok Kangean per akhir Agustus 2021.
“Kami baru selesaikan akuisisi, artinya produksi gas akan bertambah dan ini akan terefleksi pada laporan keuangan September 2021,” kata Herwin kepada Katadata.co.id, Senin (30/8).
Herwin mengestimasikan, dengan bertambahnya porsi kepemilikan EMP di Blok Kangean sebanyak 75%, maka produksi rata-rata gas dari blok tersebut naik dari 89 juta kaki kubik (mcf) per hari menjadi 133 juta kaki kubik per hari. Begitu juga dengan cadangan terbukti dan terukur (2P) gas di Blok Kangean yang diperkirakan naik dari 88 miliar kaki kubik menjadi 132 miliar kaki kubik
“Jadi cadangan maupun produksi meningkat sekitar 50% masing-masing, ini besar dan dampak langsung per Agustus 2021,” ujarnya.
Sayangnya, Herwin belum menghitung secara rinci untuk dampak akusisi terhadap penjualan dan profit ENRG tahun ini.
Periode Januari-Maret 2021, kinerja perusahaan emiten Grup Bakrie masih membukukan penjualan US$ 80,23 juta atau naik tipis 0,72% dari periode yang sama tahun lalu. Di samping itu EBITDA mengalami kenaikan 13,6% menjadi US$ 59,34 juta. Produksi gas EMP berkontribusi sekitar 85% terhadap total penjualan perusahaan sedangkan sisanya 15% berasal dari produksi minyak.
Pada periode yang sama, Energi Mega Persada membukukan penurunan produksi gas sebanyak 6,5% menjadi 172 juta kaki kubik (mcf) per hari. Lesunya produksi juga disertai penurunan harga rata-rata penjualan gas sebanyak 14,56% ke level US$ 5,34 mcf. Herwin memprediksi untuk sisa tahun ini, harga gas kemungkinan akan berada di atas US$ 5,5 mcf dengan kecenderungan masih akan stabil
Sepanjang Januari-Maret 2021, Blok Bentu PSC berkontribusi 80 juta mcf per hari atau naik 6,6% dari rata-rata produksi tahun lalu yakni 75 juta kaki kubik gas per hari.
Di sisi lain produksi minyak ENRG sepanjang periode Januari-Maret 2021 naik 83% dari 2.532 barel per hari menjadi 4.650 barel per hari. Naiknya produksi turut disertai harga rata-rata yang tumbuh 3,63% menjadi US$ 42,56 per barel. Adapun tren kenaikan harga minyak dalam beberapa waktu terakhir, diprediksi baru akan terefleksi pada laporan keuangan EMP di kuartal II-2021.
Blok Malacca Strait PSC juga berhasil meningkatkan produksi harian minyak dari 3.900 bph tahun lalu menjadi 5.1022 bph. "Kenaikan ini didukung kepemilikan Blok Malacca kami yang meningkat dari 61% menjadi 100% di akhir tahun lalu," ujar Herwin.
Sementara itu, tahun ini emiten Grup Bakrie tersebut juga tengah menanti restu pemerintah untuk akuisis 49% Blok Sengkang, Sulawesi Selatan. Rencana akuisisi tersebut dilakukan EMP dan anak usahanya dengan menandatangani perjanjian jual beli bersyarat untuk mengambilalih 100% kepemilikan PT Energi Maju Abadi selaku pemilik 49% participating interest (PI) Blok Sengkang.
Blok Sengkang saat ini memiliki produksi 40 juta kaki kubik gas per hari, dengan pembeli PT Energy Sengkang, PLN dan Pertamina Jargas. Adapun rencana aktifitas pengembangan yakni studi geologi, survei 2D seismik sepanjang 800 kilometer (km), survei 3D seismik seluas 100km persegi, dan pengeboran 13 sumur eksplorasi.
Jika sudah mendapat persetujuan dari pemerintah, Herwin mengestimasikan kontribusi Blok Sengkang berkisar 20 juta kaki kubik gas per hari atau sekitar 50% dari total produksi blok tersebut. Sedangkan untuk cadangan gas 2P Energi Mega Persada diperkirakan bertambah sekitar 100 miliar kaki kubik gas.
“Kami harapkan bisa mendapat persetujuan dari pemerintah secepatnya,” kata Herwin.
Untuk 2021, Energi Mega Persada menganggarkan US$ 75 juta belanja modal atau capital expenditure (capex), lebih rendah dari estimasi awal tahun yakni US$ 100 juta. Direktur Keuangan ENRG Edoardus Ardianto mengatakan, sepanjang periode Januari-Juni 2021 capex yang berhasil diserap mencapai 50% dari total dana yang disiapkan.
“Penyesuaian capex dilakukan seiring kondisi pandemi yang melanda Indonesia dan dunia, membuat beberapa pekerjaan harus tertunda,” kata Edo dalam paparan kinerja perusahaan secara virtual, Senin (30/8).
Adapun pemanfaatan capex akan difokuskan pada sejumlah pekerjaan seperti pemboran dan survei seismik di beberapa aset blok migas perusahaan. Di antaranya, pemboran sepuluh sumur pengembangan dan satu sumur eksplorasi di Blok Malacca Strait. Selanjutnya pemboran tiga sumur pengembangan dilakukan di Blok Bentu, serta satu pemboran sumur eksplorasi di Blok Buzi di Mozambik, Afrika.
Sedangkan untuk kegiatan seismik meliputi seismik 3D di Blok Bentu dengan luas 551 kilometer persegi, seismik 3D seluas 165 kilometer persegi di Blok Malacca Strait dan seismik 3D seluas 127 kilometer persegi di Blok Gebang.
Melansir RTI, pada perdagangan Selasa (31/8) saham ENRG cenderung moderat di level Rp 110 per saham. Sedangkan pada penutupan perdagangan kemarin, harga sahamnya ditutup naik 0,92%. Sepanjang 2021, saham ENRG terkoreksi sebanyak 14,73%.