Menurut Suria, investor menjual saham Bank JTrust karena dianggap tidak likuid di tengah rencana penerbitan saham barunya. "Sahamnya tidak likuid tapi mau rights issue. Jadi orang-orang buru-buru mau jual supaya tidak keluar uang lagi buat rights issue," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (21/9).
Saat ini, porsi kepemilikan masyarakat hanya 7,64%. Pemegang saham lainnya, J Trust Co., Ltd 86,68% selaku pengendali, J Trust Asia Pte. Ltd. 4,67%, dan JTrust Investment Indonesia 1%.
Seperti diketahui, dalam rights issue Bank J Trust, pemegang saham utama bersama-sama telah menyatakan akan melaksanakan haknya dengan kompensasi komponen ekuitas lain dan konversi hak tagih dari pinjaman subordinasi seluruhnya senilai Rp 1,36 triliun.
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan, investor perlu memperhatikan rencana rights issue yang akan dicatatkan pada 5 November 2021. Menurutnya, saham ini masih berisiko memiliki fluktuasi harga yang tinggi.
"Sebaiknya dicermati saja dan berhati-hati dalam mengambil keputusan beli di saham dengan kondisi seperti Bank JTrust saat ini karena risiko fluktuasi harganya tinggi," kata Ivan kepada Katadata.co.id, Selasa (21/9).