Laba Indo Tambangraya Melesat 602% Jadi Rp 3,8 T, Ini Penyebabnya

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
17/11/2021, 15.02 WIB

PT Indo Tambangraya Megah Tbk membukukan laba bersih US$ 217,48 juta atau setara Rp 3,85 triliun (Asumsi kurs Rp 14.200/US$) sampai kuartal III 2021. Angka ini meroket 602% atau tujuh kali lipat dari capaian laba bersih periode yang sama tahun lalu US$ 38,63 juta atau setara Rp 548,54 miliar.

Direktur Komunikasi Korporat dan Hubungan Investor Tambangraya Megah Yulius Gozali mengatakan pendorong utama kenaikan laba bersih perusahaan ialah harga batu bara acuan (HBA) yang konsisten tumbuh sejak April dan melonjak pada Juli 2021. 

"Dengan rata-rata harga batu bara yang lebih tinggi, tentunya kinerja keuangan akan lebih baik dan perusahaan akan lebih leluasa dalam memaksimalkan pertumbuhan, baik organik maupun anorganik," kata Direktur Komunikasi Korporat dan Hubungan Investor Tambangraya Megah Yulius Gozali kepada Katadata, Selasa (16/11).

Total penjualan batu bara hingga kuartal ketiga 2021 tercatat mencapai US$1,31 miliar atau naik 58,93% dari capaian periode yang sama tahun lalu senilai US$ 828,85 juta.

Emiten berkode saham ITMG tercatat telah menjual batu bara sebanyak 14,8 juta ton sepanjang Januari-September 2021. Adapun, permintaan dari Negeri Panda berkontribusi sekitar 27,7% atau sebanyak 4,1 juta ton dari total penjualan.

Berdasarkan laporan keuangan Tambangraya Megah, penjualan ke dalam negeri hingga September 2021 tercatat mencapai 3,2 juta ton atau 21,62% dari total penjualan ITMG.

Salah satu pendorong  pertumbuhan laba bersih perseroan adalah minimnya  pertumbuhan beban pokok pendapatan ITMG. Tercatat, beban pokok pendapatan pada Januari-September 2021 hanya naik 8,22% secara tahunan dari US$ 732,05 juta menjadi US$ 792,29 juta.

Direktur Utama ITMG Mulianto mengatakan efisiensi biaya membuat perseroan dapat memaksimalkan keuntungan dari momentum pertumbuhan HBA. Efisiensi itu membuat perseroan dapat membukukan kinerja keuangan yang solid, meski pandemi  Covid-19 belum tuntas dan adanya hujan ekstrim.

Harga rata-rata batu bara yang dinikmati perseroan hingga kuartal ketiga 2021 naik 65% dari US$ 53,8 per ton menjadi US$ 89 per ton. Selain itu, margin laba kotor naik 24% menjadi 40%.

Melihat kinerja keuangan perseroan, Mulianto mengatakan pihaknya mampu mempertahankan tingkat pembayaran dividen yang tinggi atau sebanyak US$  94,1 juta. Angka itu setara dengan 80% dari laba bersih paruh pertama 2021.

Seperti diketahui, perseroan akan membayarkan dividen interim senilai  Rp 1.218 per saham pada pemegang saham. Pembayaran itu akan dilakukan pada 24 November 2021.

 Saat ini, HBA bahkan telah naik 33% Per November 2021 menjadi US$ 215,01 per ton, dari posisi Oktober 2021 di level US$ 161,63 per ton. Melihat hal tersebut, perusahaan sektor batu bara dan energi ini memproyeksikan HBA sepanjang 2021 akan lebih baik dari tahun lalu. Pertumbuhan HBA tahun ini dinilai terjadi karena permintaan batu bara dari Cina.

Ke depan, perseroan menargetkan volume penjualan dapat mencapai 20,2 juta ton hingga 20,4 juta ton. Adapun, target volume penjualan tersebut telah memiliki kontrak penjualan yang terdiri dari 84% dengan harga jual yang telah ditetapkan dan 16% dengan harga sesuai indeks harga batu bara.

"Meskipun (laba perseroan melesat), perusahaan akan terus meningkatkan efisiensi dalam operasi perusahaan," kata Yulius.

Reporter: Andi M. Arief