Kebangkitan Emiten Properti, Penjualan Kuartal III Tumbuh Dobel Digit

ANTARA FOTO/ Reno Esnir/rwa.
Seorang anak bermain di salah satu kawasan apartemen, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia, harga properti residensial mengalami perlambatan pertumbuhan sepanjang kuartal I/2021 meski tetap positif yaitu sebesar 1,35 persen year-on-year (yoy).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
18/11/2021, 08.30 WIB

Banyak emiten properti di Bursa Efek Indonesia telah menyampaikan laporan keuangan kuartal III-2021. Pendapatan atau penjualannya mampu tumbuh tinggi, meski masih ada yang menderita kerugian.

Saham-saham yang tergabung dalam indeks sektor properti, secara kumulasi turun 8,72% hingga akhir September 2021. Katadata.co.id menghitung pergerakan indeks properti dengan perbandingan per awal Mei 2021, saat klasifikasi indeks baru, diterapkan oleh Bursa Efek Indonesia.

Bagaimana kinerja sejumlah emiten properti hingga triwulan III-2021 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu?

PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

Alam Sutera termasuk emiten yang mampu membukukan penjualan Rp 1,77 triliun hingga September 2021 atau meningkat 60,42% dari periode sama tahun lalu Rp 1,1 triliun. Meski begitu, sejumlah beban membuat Alam Sutera membukukan kerugian.

Penjualan Alam Sutera mayoritas berasal dari bisnis real estat senilai Rp 1,48 triliun, tumbuh 73,49% dari Rp 853,7 miliar. Bisnis ini terdiri dari penjualan tanah, rumah, ruko, kios, apartemen, maupun gedung perkantoran.

Beban pokok penjualan, pendapatan jasa, dan lainnya yang dibukukan Alam Sutera selama sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp 855,21 miliar atau meningkat 42,76% secara tahunan dari Rp 599,04 miliar.

Beban lainnya, seperti beban umum dan administrasi, beban bunga dan keuangan, hingga rugi selisih kurs, totalnya mencapai Rp 1,04 triliun. Meski begitu, total beban lainnya tersebut turun 27,8% dari Rp 1,45 triliun.

Sehingga, Alam Sutera masih membukukan rugi bersih Rp 138,95 miliar hingga triwulan III-2021. Meski masih rugi, catatan rugi tersebut masih lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu, dimana rugi bersihnya mencapai Rp 1 triliun.

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

Lippo Karawaci hingga berakhirnya triwulan III-2021 masih membukukan rugi bersih Rp 573,29 miliar. Meski begitu, rugi bersih tersebut mampu turun 75,51% dibandingkan rugi periode sama tahun lalu Rp 2,34 triliun.

Salah satu pendorong berkurangnya kerugian Lippo Karawaci adalah pendapatan senilai Rp 10,95 triliun mampu meningkat 44,21% dibandingkan Rp 7,59 triliun. Meski, beban pokok pendapatan Rp 6,28 triliun meningkat 47,21% dari Rp 4,27 triliun.

Pendapatan Lippo Karawaci secara umum terdiri dari sektor bisnis yaitu pengembangan real estat dan bisnis manajemen & layanan real estat. Pendapatan dari kedua sektor ini sama-sama meningkat.

Untuk sektor bisnis pengembangan real estat totalnya Rp 2,98 triliun tumbuh 26,17% dari Rp 2,36 triliun. Bisnis ini terdiri dari pendapatan apartemen, rumah hunian, rumah toko, lahan siap bangun, pengelolaan kota, dan lainnya.

Sementara, pertumbuhan pada sektor bisnis manajemen & layanan real estat menjadi penopang utama senilai Rp 7,93 triliun atau tumbuh 53,87% dari Rp 5,15 triliun. Bisnis ini terdiri dari pendapatan sektor kesehatan, pusat belanja, hotel, restoran, dan lainnya.

Kerugian Lippo Karawaci disebabkan sejumlah beban seperti beban usaha Rp 3,23 triliun atau meningkat 8,97% dibandingkan Rp 2,96 triliun. Selain itu, perusahaan milik keluarga Riady ini harus menanggung beban keuangan mencapai Rp 1,89 triliun atau naik 60,85% dari Rp 1,17 triliun.

PT Ciputra Development Tbk (CTRA)

Ciputra mampu membukukan laba bersih mencapai Rp 1,01 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Raihan laba bersih tersebut meroket 336% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 232,18 miliar.

Kenaikan signifikan tersebut sejalan dengan pendapatan Ciputra Rp 6,64 triliun atau meningkat 56,79% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 4,24 triliun.

Pendapatan Ciputra disokong oleh bisnis seperti rumah hunian dan ruko, kantor, apartemen, dan kaveling. Totalnya Rp 1,4 triliun atau mampu tumbuh 32,67% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 1,05 triliun.

Dari sisi beban, Ciputra harus menanggung beban pokok penjualan dan beban langsung mencapai Rp 3,35 triliun atau meningkat 44,09% dari Rp 2,32 triliun.

PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS)

Puradelta membukukan laba bersih hingga September 2021 hingga Rp 634,64 miliar. Laba bersih tersebut mampu tumbuh 109% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 302,44 miliar.

Kenaikan laba bersih tersebut sejalan dengan pendapatan usaha yang mencapai Rp 1,3 triliun atau tumbuh 99,58% secara tahunan dari Rp 654,99 miliar.

Naiknya pendapatan usaha ditopang dari sektor industri senilai Rp 1,14 triliun, tumbuh 112% dari Rp 537,75 miliar. Dari sektor perumahan pendapatannya Rp 110,24 miliar, tumbuh hingga 206% dari Rp 36 miliar.

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)

Laba bersih Pakuwon dalam sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp 721,97 miliar. Laba bersih tersebut mampu tumbuh 20,19% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 600,69 miliar.

Pertumbuhan laba bersih tersebut sejalan dengan pendapatan bersih Pakuwon Jati senilai Rp 3,78 triliun. Berkaca pada tahun sebelumnya, pendapatan bersih tersebut tumbuh 24,36% dari Rp 3,04 triliun.

Pendapatan Pakuwon Jati mayoritas berasal dari penjualan kondominium dan kantor mencapai Rp 1,4 triliun. Pendapatan dari sektor tersebut tumbuh 58,6% dibandingkan hingga triwulan III-2020 senilai Rp 883,29 miliar.

PT Karya Bersama Anugerah Tbk (KBAG)

Pengembang real estate KBAG catatkan pendapatan Rp 21,48 miliar hingga triwulan III-2021. Pendapatan perusahaan yang berbasis di Balikpapan, Kalimantan Timur tersebut anjlok 31,19% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 31,67 miliar.

Sekretaris Perusahaan Karya Bersama Anugerah Lasiah Pipit mengatakan, hal tersebut disebabkan menurunnya penjualan unit rumah. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kembali kasus Covid-19 di pertengahan 2021.

“Banyak karyawan kami yang terkena Covid-19, sehingga cukup mengganggu aktivitas operasional Perseroan," kata Lasiah dalam keterangan pers yang dikutip Rabu (17/11).

Karena pendapatan yang turun, laba bersih KBAG hingga September 2021 pun tersisa Rp 1,74 miliar, anjlok 84,57% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 11,27 miliar.

Penurunan laba juga disebabkan kenaikan beban penjualan dan pemasaran 29,38% menjadi Rp 2,03 miliar dari Rp 1,56 miliar. Lasiah mengatakan, kenaikan beban itu seiring dengan program pemasaran yang diluncurkan.

Lasiah berharap hingga akhir tahun ini kinerja operasional dan keuangan KBAG dapat mengalami perbaikan dan membukukan peningkatan, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih “Kami berharap omzet penjualan meningkat, dengan kegiatan promosi yang kami gelar sampai akhir tahun ini," katanya.

Salah satu kegiatan promosi yang dijalankan KBAG adalah pameran yang ditunjang dengan promosi di media sosial. Langkah lain seperti cara bayar yang mudah dengan program tunai bertahap.

PT PP Properti Tbk (PPRO)

PP Properti membukukan laba bersih Rp 11,67 miliar hingga September 2021 atau turun 84,73% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 76,48 miliar. Salah satu penyebabnya, penjualan dan pendapatan usaha yang lesu.

Berdasarkan laporan keuangan, penjualan dan pendapatan usaha anak usaha PT PP Tbk (PTPP) hingga triwulan III-2021 Rp 847,76 miliar. Nilai tersebut anjlok 33,7% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 1,27 triliun.

PPRO mengantongi pendapatan lain senilai Rp 34,62 miliar atau tumbuh 405% dibandingkan Rp 6,84 miliar. Tapi, beban keuangan perusahaan Rp 61,04 miliar, naik 10,99% dari Rp 55 miliar. Sehingga, laba sebelum pajak menjadi Rp 36,12 miliar atau turun 68,72% dari Rp 115,46 miliar.