Induk Shopee dan Grab Kantongi Izin Bank Digital di Malaysia

Katadata/Desy Setyowati
Shopee dan Grab
Penulis: Desy Setyowati
4/5/2022, 11.05 WIB

Konsorsium Grab dan Singtel, serta induk Shopee yakni Sea Ltd mendapatkan izin bank digital di Malaysia. Ada lima perusahaan yang mengantongi lisensi dari Bank Negara Malaysia.

Grab mendapatkan lisensi tersebut melalui konsorsium yang dipimpin oleh GXS Bank dan Kuok Brothers. GXS Bank merupakan perusahaan patungan atau joint venture yang dibangun oleh Grab dan operator telekomunikasi Singapura, Singtel.

Setelah lisensi disetujui oleh bank sentral Malaysia, konsorsium Grab - Singtel akan memegang 55,45% saham di bank digital di Malaysia yang diusulkan. Bank digital ini akan dipimpin oleh Pei Si Lai sebagai CEO.

“Kesempatan untuk membangun bank digital di Malaysia dari awal dan menjadi yang terdepan dalam lanskap FinTech Malaysia yang berkembang pesat, sangat menarik,” kata Lai dikutip dari Singapore Business Review, Selasa (3/5).

Lai akan didukung oleh tim yang terdiri dari 200 lebih orang. Mereka akan bekerja di bidang produk dan desain, data, teknologi, risiko, dan kepatuhan.

“Selain memanfaatkan teknologi perbankan kilat yang memungkinkan kami menawarkan pengalaman layanan bank yang disesuaikan dan unik bagi konsumen, tim dan saya juga akan memanfaatkan dukungan kuat dari pemegang saham dan mitra strategis, serta bimbingan dari Bank Negara Malaysia dan Kementerian Keuangan,” ujar Lai.

“Ini untuk memenuhi misi kami dalam melayani dan memberdayakan komunitas Malaysia yang tidak memiliki rekening bank seperti pekerja pertunjukan dan usaha kecil,” tambah dia.

Ada 29 konsorsium yang mengajukan lisensi bank digital di Malaysia pada Juni 2020. Proses pemberian izin dapat memakan waktu antara 12 sampai 24 bulan

Bank Negara Malaysia mengatakan, kriteria penilaian untuk memberikan lisensi bank digital yakni mencakup karakter dan integritas pelamar, sifat dan kecukupan sumber daya keuangan, kesehatan dan kelayakan rencana bisnis dan teknologi, serta kemampuan untuk mengatasi kesenjangan inklusi keuangan.

Berikut tiga perusahaan yang mengantongi lisensi bank digital di Malaysia berdasarkan Financial Services Act 2013 (FSA):

  1. Konsorsium yang dipimpin oleh GXS Bank Pte. Ltd. and Kuok Brothers Sdn. Bhd
  2. Konsorsium yang dipimpin oleh Sea Limited and YTL Digital Capital Sdn Bhd
  3. Konsorsium Boost Holdings Sdn. Bhd dan RHB Bank Berhad

Sedangkan yang mendapatkan izin berdasarkan Undang-Undang Jasa Keuangan Islam 2013 (IFSA) yakni:

  1. Konsorsium AEON Financial Service Co., Ltd., AEON Credit Service (M) Berhad dan MoneyLion Inc.
  2. Konsorsium yang dipimpin oleh KAF Investment Bank Sdn. Bhd.

Tiga dari lima konsorsium dimiliki oleh Malaysia yaitu Boost Holdings dan RHB Bank Berhad, Sea Limited dan YTL Digital Capital Sdn. Bhd. dan KAF Investment Bank Sdn. Bhd.

Boost adalah unit dari grup telekomunikasi Malaysia Axiata. Sedangkan RHB adalah grup jasa keuangan terintegrasi terbesar keempat di Malaysia.

Lalu AEON Credit Service beroperasi di Malaysia selama 25 tahun dan sekarang memiliki sekitar 65 gerai ritel dengan lebih dari empat juta pelanggan. Kemudian MoneyLion, yang didirikan bersama oleh Foong Chee Mun Malaysia, adalah bank digital di Amerika Seikat (AS).

Sedangkan KAF Investment Bank ialah unit penyedia layanan keuangan terdiversifikasi KAF Group. Perusahaan ini bermitra dengan teknologi finansial (fintech) MoneyMatch dan platform e-commerce Carsome untuk mengamankan lisensi bank digital.

“Dengan mengadopsi teknologi digital secara lebih luas untuk transaksi sehari-hari, kami dapat secara signifikan meningkatkan peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perekonomian,” kata gubernur bank sentral Nor Shamsiah dalam pernyataan pers, dikutip dari Business Insider.

Caranya, “dengan mengatasi hambatan geografis, mengurangi biaya transaksi dan mempromosikan manajemen keuangan yang lebih baik,” tambah dia.

Ia menyampaikan, bank digital dapat membantu individu dan bisnis mendapatkan akses yang lebih baik ke solusi yang lebih dipersonalisasi yang didukung oleh analisis data. “Saat bisnis bergerak online, perbankan digital juga memberikan cara yang lebih aman dan nyaman untuk bertransaksi,” ujar Nor.

Salah satu kepala peringkat lembaga keuangan RAM Ratings Sophia Lee mengatakan, masuknya bank digital ke Malaysia akan memacu inovasi keuangan dan mempercepat digitalisasi layanan keuangan.

“Dengan memanfaatkan teknologi berbasis kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) atau bentuk lain dari algoritme prediktif bersama dengan analisis data besar, bank digital dapat melakukan penilaian alternatif risiko kredit untuk memungkinkan inklusi keuangan yang lebih besar,” katanya.

Dengan adanya banyak digital, mereka yang tidak memiliki dokumentasi standar atau riwayat kredit, terutama pekerja pertunjukan, bisa memperoleh akses ke layanan keuangan.

Lee mencatat bahwa partisipasi bank digital juga akan memicu persaingan dalam pinjaman ritel tanpa jaminan, yaitu, pinjaman pribadi dan kartu kredit, serta segmen usaha mikro dari perbankan tradisional. Ini mewakili sekitar 7% dan 4% dari masing-masing pinjaman sistem perbankan di Malaysia.

Malaysia merupakan negara ketiga di Asia Tenggara yang memberikan lisensi bank digital setelah Singapura dan Filipina. Bisnis ini juga berkembang di Indonesia, dengan perkiraan jumlah pengguna sebagai berikut: