Di tengah masifnya tren digitalisasi di dunia perbankan, sejumlah korporasi mulai merambah ke sektor bank digital. Di antaranya, banyak bank-bank besar yang mengakuisisi bank kecil untuk ditransformasikan menjadi bank digital, salah satunya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dilaksanakan pada 15 Maret lalu, BNI telah mengantongi restu pemegang saham untuk mengakuisisi PT Bank Mayora. Nantinya, Bank Mayora akan ditransformasikan menjadi bank digital yang dikhususkan bagi segmen usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM).
Dengan pembentukan bank digital tersebut, perseroan diharapkan dapat meningkatkan segmen UMKM yang saat ini belum terlayani secara maksimal oleh perbankan.
"Kalau UMKM dilayani dengan bank konvensional kita yang sekarang itu biayanya terlalu mahal. Kita ingin bangun suatu bank digital yang biaya operasionalnya serendah mungkin yang bisa menjangkau masyarakat banyak, sehingga UMKM kita bisa naik lagi," kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, Selasa (22/3).
BNI menguasai 1,19 miliar saham atau 63,92% dari saham yang ditempatkan dan disetor dalam Bank Mayora. BNI mengambil alih Bank Mayora melalui penerbitan 1,03 miliar saham baru. Jumlah itu mewakili sekitar 54,90% dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor dalam Bank Mayora.
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mengakusisi Bank Royal pada 2019 dan merampungkan transformasinya menjadi BCA Digital pada Juli 2021. BBCA telah melakukan penamaan ulang (re-branding) PT Bank Royal Indonesia menjadi Bank Digital BCA.
Sejak pertama kali diluncurkan pada Juli 2021 lalu, saat ini jumlah pengguna akun blu by BCA Digital sudah lebih dari 675 ribu pengguna. Adapun, hingga 21 April 2022, jumlah nilai seluruh transaksi melalui BCA Digital mencapai Rp 23,7 triliun. Dari jumlah tersebut, nilai transaksi tanpa kartu mencapai Rp 87,78 miliar.
Selain itu, beberapa konglomerat di Indonesia juga mulai merambah bank digital melalui startup. Seperti Salim grup yang masuk sektor bank digital melalui startup Youtap Indonesia, yang menggaet Bank Mandiri untuk menyediakan layanan finansial dan bank digital.
Kemudian, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) merambah bank digital melalui Grab. Grab sendiri telah memperoleh lisensi bank digital penuh atau digital full bank (DFB) dari otoritas moneter Singapura alias Monetary Authority of Singapore (MAS) pada akhir tahun lalu.
Grab juga baru saja mendapatkan izin bank digital dari Bank Negara Malaysia. Grab mendapatkan lisensi tersebut melalui konsorsium yang dipimpin oleh GXS Bank dan Kuok Brothers. GXS Bank merupakan perusahaan patungan atau joint venture yang dibangun oleh Grab dan operator telekomunikasi Singapura, Singtel.
Sementara itu, pada akhir Desember tahun lalu, EMTK melalui anak usahanya PT Elang Media Visitama (EMV) juga telah resmi mengakuisisi 93% saham PT Bank Fama International (FAMA). Akuisisi terhadap Bank Fama sejalan dengan rencana bisnis jangka panjang dari EMV untuk mengembangkan usahanya di Indonesia, termasuk untuk meningkatkan literasi keuangan dan akses perbankan pada sektor UMKM.
Perusahaan lainnya yang juga merambah sektor bank digital yakni Gojek, dengan berinvestasi di Bank Jago. Investasi itu menjadikan Gojek sebagai pemegang 22% saham Bank Jago.
Aksi korporasi tersebut merupakan pencapaian bagi perseroan dalam menyediakan berbagai solusi dari masalah sehari-hari melalui teknologi, sekaligus membuka akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menikmati layanan bank digital. Di mana, jutaan pelanggan Gojek dapat membuka rekening Bank Jago lewat aplikasi.