PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) akan berfokus menjalankan lima langkah transformasi bisnis sebagai upaya pemulihan kinerja perusahaan. Hal ini seiring proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang telah selesai dilaksanakan.
Pada Senin (27/6) kemarin, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat resmi menyetujui rencana perdamaian penyelesaian kewajiban antara Garuda dan Kreditur.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, kelima langkah transformasi bisnis yang dimaksud antara lain: Pertama, penurunan biaya sewa atau lease rate. Dalam hal ini, perseroan telah bernegosiasi dengan para lessor untuk menyesuaikan biaya sewa agar lebih efisien.
"Kita pahami bahwa masalah Garuda di masa lalu adalah jumlah pesawat yang banyak dan lease rate yang tinggi, sehingga bertahun-tahun Garuda sulit mendapatkan untung," kata pria yang biasa disapa Tiko ini dalam konferensi pers, Selasa (28/6).
Adapun, beberapa tipe pesawat yang mengalami penurunan biaya sewa di antaranya, pesawat wide body A330-300 yang biaya sewanya turun 65% dari US$ 1,1 juta menjadi US$ 388.000 dan tipe A330-200 turun 70% dari US$ 882.000 menjadi US$ 265.000. Kemudian, pesawat narrow body tipe B737-800 turun 35% dari US$ 330.000 menjadi US$ 215.000 dan tipe A320-200 turun 35% dari US$ 330.000 menjadi US$ 214.000.
Kedua, Garuda akan menjalankan upaya penetapan power-by-the hour, di mana nantinya perseroan hanya akan membayar biaya sewa pesawat kepada lessor sesuai dengan durasi pemakaian pesawat.
Ketiga, langkah transformasi selanjutnya yang akan dilakukan yakni, optimalisasi jumlah dan tipe pesawat. Perseroan akan mengurangi jumlah tipe pesawat dari sebelumnya 13 tipe menjadi tujuh tipe pesawat, dan jumlah pesawat turun menjadi 120 dari sebelumnya 210.
Tiko menyebut, optimalisasi jenis, tipe dan tingkat utilisasi pesawat akan membuat Garuda fokus pada rute-rute yang menguntungkan, serta akan membuat biaya perawatan dan pemeliharaan pesawat lebih efisien.
Hal itu sejalan dengan langkah transformasi Garuda lainnya yakni: Keempat, mengoptimalisasi rute perjalanan, di mana maskapai pelat merah itu akan fokus pada rute-rute perjalanan domestik dan lebih selektif untuk membuka rute perjalanan internasional. Adapun, rute internasional yang akan difokuskan yakni umrah dan haji, serta layanan kargo.
Kelima, Garuda akan mengoptimalisasi pendapatan kargo dan tambahan. Perseroan akan menerapkan proses digitalisasi operasional dalam layanan kargonya, serta memberlakukan unbundle dan memperluas penawaran produk untuk meraih lebih banyak pendapatan tambahan.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan, perseroan akan berfokus pada rute domestik yang mencakup destinasi-destinasi populer seperti Jakarta-Bali dan akan memperbanyak rute penerbangan ke Indonesia bagian Timur, juga destinasi-destinasi wisata yang sedang dikembangkan oleh pemerintah.
Sementara untuk kargo, saat ini Garuda memiliki fokus pada pengiriman domestik dan ekspor, utamanya tanpa transit. Sehingga, produk-produk dalam negeri yang memiliki daya saing tinggi dapat dikirim langsung dari tempat produksi.
"Kita juga mengupayakan untuk menurunkan biaya overweight, agar penumpang yang baru bepergian bisa bawa oleh-oleh lebih banyak dengan biaya lebih sedikit," kata Irfan.
Perseroan juga akan meningkatkan layanan penerbangan untuk haji dan umrah. Irfan menyebut, pihaknya tengah berdiskusi dengan kementerian terkait untuk menambah penerbangan langsung dari kota-kota besar tanpa transit menuju Tanah Suci.
Irfan memproyeksi pemulihan kinerja perseroan akan berjalan lebih cepat. Keputusan pengadilan yang menyetujui rencana perdamaian PKPU turut membangkitkan optimisme seluruh pemangku kepentingan, khususnya kreditur terhadap kinerja perseroan ke depan.