Dampak Pandemi dan Konflik Rusia-Ukraina, Laba Garudafood Turun 10 %

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.
Seorang tenaga kesehatan menunjukkan paket chocolatos yang diberikan oleh Garudafood di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Kamis (6/5/2021).
30/7/2022, 14.33 WIB

Produsen makanan dan minuman, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk membukukan laba bersih turun 10,5 %, periode Januari-Juni 2022. Hal itu disebabkan naiknya beberapa harga komoditas bahan baku. 

Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk produsen Gery itu turun ke level Rp 180,82 miliar. Sementara, pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih tersebut masih di level Rp 201,98 miliar.

Dalam keterangan resmi perusahaan, Jumat (29/7) dijelaskan kalau penurunan dipengaruhi kenaikan harga beberapa komoditas bahan baku, sebagai dampak pandemi dan konflik Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan. Alhasil, perusahaan dengan kode emiten GOOD tersebut terdampak kelangkaan kontainer, tingginya freight cost dan kelangkaan bahan baku.

Kenaikan harga yang terjadi sangat cepat dan tidak terkendali (hiperinflasi) itu, sudah dirasakan Garudafoos sejak semester II tahun lalu, sehingga biaya produksi ikut terimbas dan mengalami kenaikan.

“Pertumbuhan penjualan di Semester I tahun ini jauh lebih baik dari tahun sebelumnya, meskipun diterpa tantangan harga komoditas yang kian melonjak. Hal ini ditunjang pulihnya ekonomi Indonesia karena penanganan Covid-19 yang membaik, sehingga mobilitas meningkat,” ujar Direktur Garudafood, Paulus Tedjosutikno dalam keterangan resmi, Jumat (29/7).

Dia menambahkan, tantangan perusahaan saat ini adalah menghadapi kenaikan harga bahan baku yang belum dapat diprediksi kapan akan berakhir. Untuk menyiasati kondisi tersebut Garudafood melakukan berbagai upaya seperti, melakukan kontrak jangka panjang untuk mendapatkan harga yang stabil dan jaminan pasokan.

Selain itu, perusahaan juga meningkatkan persediaan untuk mengantisipasi gangguan di jalur logistik bahan baku, sehingga kelangsungan proses produksi tidak terganggu. Garudafood juga memfokuskan menggenjot pertumbuhan volume penjualan untuk produk di kategori fast-moving. Caranya, dengan melakukan ekspansi jalur distribusi, serta digitalisasi sektor logistik.

Sebagai upaya akhir, produsen Chocolatos tersebut juga menaikkan harga jual per kilogram secara bertahap untuk produk-produk di kategori tertentu sejak Januari 2022. "Kami optimis akhir 2022 kami mampu mencapai pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang lebih baik dibandingkan tahun lalu,” ujarnya. 

Di luar laba bersih yang turun, Garudafood justru sukses membukukan kenaikan penjualan 23,8 % menjadi Rp 5,18 triliun sepanjang Semester I-2022. Angka tersebut lebih baik dibandingkan periode yang tahun lalu, yakni Rp 4,18 triliun. 

Pertumbuhan penjualan tersebut ditopang oleh segmen makanan utamanya dari kategori snack, dairy dan biskuit (wafer stick) yang memberikan kontribusi sebesar 87,7 % dari seluruh porsi penjualan GOOD. Segmen tersebut tercatat tumbuh 24,9 %, sedangkan untuk segmen minuman mengalami pertumbuhan sebesar 16,5 %.

Garudafood juga mencatatkan kenaikan penjualan domestik 24,4%, sementara penjualan di pasar ekspor naik 11,6% dari tahun sebelumnya.

Adapun total liabilitas Garudafood per Juni 2022 tercatat turun dari Rp 3,74 triliun miliar menjadi Rp 3,63 triliun atau turun 2,9 %. Sementara ekuitas Perseroan tidak mengalami perubahan yakni Rp 3,03 triliun. Perseroan juga mencatat total aset sebesar Rp 6,66 triliun atau turun 1,6 %, serta memiliki kas dan setara kas lebih dari Rp 600 miliar di akhir Juni 2022.

Melansir RTI Business, saham GOOD ditutup moderat pada perdagangan Jumat (29/7) di level Rp 535 per saham. Sedangkan sepanjang tahun ini, saham GOOD tercatat sudah tumbuh 1,9 %. Adapun kapitalisasi pasar Garudafood mencapai Rp 19,74 trilun