Emiten produsen mi instan Indomie, PT Indofood Sukses CBP Makmur Tbk (ICBP), mencatatkan penurunan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 40% menjadi Rp 1,93 triliun pada semester pertama tahun ini.
Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan mengantongi laba bersih Rp 3,22 triliun.
Direktur Utama ICBP, Anthoni Salim mengungkapkan, tergerusnya perolehan laba bersih ICBP karena melonjaknya harga komoditas, terutama gandum sebagai bahan baku utama mi instan.
Sebagaimana diketahui, harga komoditas gandum, menurut data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), sudah meroket 76% per Agustus 2022 dibanding awal tahun 2021 lalu. Puncak kenaikan terjadi pada Mei lalu yang sempat menyentuh level US$ 522 per ton. Harga komoditas ini terus terkerek sejak tereskalasinya perang Rusia dan Ukraina.
"Seiring dengan kenaikan berbagai harga komoditas, laba usaha (ICBP) turun 8% menjadi Rp 5,88 triliun dari Rp 6,36 triliun," ungkap Anthoni, dalam keterangan resminya, Rabu (31/8).
Di sisi lain, penyebab penurunan laba juga dikontribusi dari adanya rugi selisih niiar tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang belum terealisasi dari kegiatan pendanaan.
“Kami akan terus fokus pada upaya untuk meningkatkan keseimbangan antara pertumbuhan volumen penjualan profitabiltas,” ujarnya.
Pada periode enam bulan pertama tahun ini, ICBP mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 16 persen menjadi Rp32,59 triliun dengan marjin laba usaha naik 18 persen.
Perseroan, kata Anthoni, melakukan beberapa inisiatif untuk kegiatan operasional guna memperkuat kepemimpinan perseroan di pasar, melalui investasi secara berkelanjutan pada merek produk dan mempertahankan penetrasi pasar.
“ICBP juga akan senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan manufaktur dan produksinya serta menjaga posisi keuangan yang sehat,” bebernya.
Laba Induk Usaha Indofood Turun 16%
Sementara itu, induk usaha Indofood CBP Makmur, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), juga mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 16% menjadi Rp 2,9 triliun pada semester pertama tahun ini. Di periode sama tahun sebelumnya INDF tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp3,43 triliun.
Indofood tercatat membukukan pertumbuhan laba usaha sebesar 4% menjadi Rp8,83%. Tapi, marjin laba usaha turun 16,7% dari 17,9%. Senasib, marjin laba bersih turun 5,5 peren dari 7,3 persen.
Kendati tidak memperhitungkan non recurring items dan selisih kurs, core profit INDF masih tumbuh 2 persen menjadi Rp4 triliun dari Rp3,92 triliun.
Selama periode enam bulan pertama tahun ini, Indofood masih mencatatkan petumbuhan penjualan sebesar 12% menjadi Rp52,79 triliun pada semester pertama 2022 di tengah ketidakpastian kondisi global dan volatilitas harga komoditas.
"Kami akan terus memantau perkembangan situasi global dan fokus pada daya saing biaya serta menjaga keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas di pasar dalam negeri dan luar negeri,” ungkapnya.
Merespons penurunan kinerja keuangan ini, harga saham ICBP turun lebih dalam sebesar 5,44% ke level Rp 8.250 per saham pada perdagangan Rabu ini. Sedangkan, harga saham INDF juga mengalami penurunan sebesar 3,85% ke level Rp 6.250 per saham.