Saham emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), ditutup naik 4,24% ke level Rp 2.950 per saham. Data perdagangan menunjukkan, hari ini investor yang membeli saham Adaro senilai Rp 465,7 miliar dengan frekuensi lebih dari 23 ribu kali.
Kenaikan saham tersebut membuat nilai kapitalisasi pasar Adaro Energy Indonesia di pasar modal domestik terangkat ke level Rp 94,3 triliun. Kendati, sejak awal tahun, harga sahamnya masih melorot 23,38%.
Kenaikan harga saham tersebut sebagai respons investor atas rencana perusahaan melakukan aksi korporasi dengan membeli kembali (buyback) saham dalam jangka waktu tiga bulan ke depan yang dimulai sejak 15 Februari 2023. Emiten bersandi ADRO ini menyiapkan dana senilai Rp 4 triliun.
Berdasar pada ketentuan Pasal 5 POJK 2/2013 jo SEOJK 3/2020, jumlah nilai nominal seluruh saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari modal disetor dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% dari modal disetor perseroan.
Corporate Secretary Adaro Energy Mahardika Putranto mengatakan, perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan pembelian kembali saham tidak akan memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja dan pendapatan perseroan karena saldo laba dan arus kas yang tersedia saat ini sangat mencukupi untuk kebutuhan dana pelaksanaan buyback.
“Pembelian kembali saham perseroan akan dilakukan dengan harga yang dianggap baik dan wajar oleh perseroan dengan memperhatikan peraturan yang berlaku,” kata Mahardika, dalam keterbukaan informasi dikutip Rabu (15/2).
Aksi korporasi ini menurutnya akan menggunakan dana dari kas internal karena saat ini perseroan memiliki permodalan dan arus kas yang baik. Di mana kas perseroan cukup untuk membiayai seluruh kegiatan usaha dan operasional, belanja modal, serta pembelian kembali saham.
“Perseroan berharap dengan dilaksanakannya buyback akan memberikan tingkat pengembalian yang baik bagi pemegang saham serta meningkatkan kepercayaan investor sehingga harga saham perseroan dapat mencerminkan kondisi fundamental perseroan yang sebenarnya,” kata Mahardika.
Jika dana yang dialokasikan untuk buyback telah habis dan atau jumlah saham yang akan dibeli kembali telah terpenuhi, maka perseroan akan melakukan keterbukaan informasi terkait dengan penghentian pelaksanaan tersebut.
Dari sisi kinerja keuangan, Adaro tercatat mengantongi laba bersih senilai Rp 28,9 triliun sampai dengan periode September 2022. Perusahaan mengantongi pendapatan senilai Rp 90 triliun dengan arus kas Rp 44,2 triliun. Sedangkan, total aset perusahaan mencapai Rp 152,7 triliun yang terdiri dari liabilitas Rp 56,9 triliun dan ekuitas Rp 88,2 triliun.