Berencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) anak usaha Harita Nickel, PT Trimegah Bangun Persada (TBP) akan genjot bisnis perseroan.

Tak tanggung-tanggung, TBP mengincar dana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) hingga US$ 600 juta atau sekitar Rp 9,3 triliun (kurs Rp 15.500 per US$). Jika jumlah tersebut benar, maka IPO TBP akan menjadi yang terbesar di tahun ini menyalip PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang meraih Rp 9,05 triliun pada 24 Februari 2023.  

IPO TBP juga akan menjadi terbesar ke-5 setelah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan dana Rp 21,9 triliun, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel Rp18,79 triliun, PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp 13,72 triliun, dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) Rp 12,24 triliun.

TBP menjadi bagian dari Harita Grup yang notabene dimiliki oleh Lim Hariyanto Wijaya Sarwono yang merupakan kakek terkaya (94 tahun) atau orang terkaya ke-19 di Indonesia dengan kekayaan US$ 1,2 miliar versi Forbes Real Time Billionaires, Kamis (9/3).

Dikutip dari laman resminya, Trimegah Bangun Persada menjadi bagian dari Harita Grup yang beroperasi di bidang pertambangan dan pengolahan atau pemurnian bijih nikel, berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Bahan Galian Nikel DMP (Dan Mineral Pengikut). Seluruh aktivitas operasional berada di Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.

Pada 2020, TBP mendapat mandat sebagai Proyek Strategis Nasional Kawasan Industri Obi - berdasarkan Peraturan Presiden No. 109/2020. Kawasan ini akan menjadi wajah Indonesia dalam pembangunan di wilayah Timur, tepatnya Pulau Obi.

Kawasan Industri Obi menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden No. 109 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Pelaksana PSN Kawasan Industri adalah PT Trimegah Bangun Persada bersama tenan atau perusahaan afiliasi yang telah beroperasi, yakni PT Gane Permai Sentosa, PT Halmahera Jaya Feronikel dan PT Megah Surya Pertiwi, termasuk perusahaan rekan bisnisnya yang lain PT Halmahera Persada Lygend.

Perseroan memiliki komitmen untuk melaksanakan mandat pemerintah tersebut melalui optimalisasi nilai tambah sumber daya nikel dan memberikan manfaat optimal bagi seluruh pemangku kepentingan. Termasuk pemerintah, masyarakat di sekitar wilayah operasional, pemegang saham, dan ribuan karyawan yang sebagian besar berasal dari wilayah setempat.

TBP membangun di Tanah Obi untuk kemajuan Indonesia dan menunjang peradaban dunia. Perseroan menjadi induk dari perusahaan-perusahaan yang memiliki kemampuan teknologi dalam meningkatkan nilai tambah nikel. 

Terkait amanat undang-undang yang mewajibkan pemegang IUP melakukan peningkatan nilai tambah, maka TBP menunjang kegiatan operasional melalui Megah Surya Pertiwi (MSP) dan Halmahera Jaya Feronikel (HJF). Sejak 2016, TBP melalui MSP telah mengoperasikan smelter pengolahan bijih nikel saprolit (nikel kadar tinggi) dengan proses pirometalurgi menggunakan teknologi RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace). 

Melalui proses dan teknologi yang sama, TBP juga akan mengoperasikan smelter lanjutan untuk mengolah bijih nikel saprolit melalui HJF. Kedua smelter tersebut menghasilkan produk akhir feronikel yang banyak dimanfaatkan dalam industri stainless steel, baterai, perangkat elektronik, dan industri antariksa.

Tetap dalam komitmen untuk mendukung amanat undang-undang terkait konservasi mineral, TBP melalui HPL mampu mengolah bijih nikel limonit menjadi produk bernilai strategis melalui fasilitas pengolahan dan pemurnian (refinery).

Fasilitas ini pionir atau pertama di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi High Pressure Acid Leach. Sebelumnya, bijih limonit hanya dimanfaatkan untuk menutup lubang tambang (overburden).

Produk yang dihasilkan adalah Mixed Hydroxide Precipitate atau campuran nikel kobalt hidroksida yang diproses lebih lanjut menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat. Produk ini menjadi bahan baku baterai mobil listrik, kendaraan yang sedang dikembangkan di banyak negara untuk menggantikan mobil berbahan bakar fosil.

Nikel sulfat (NiSO4) bermanfaat sebagai komponen katoda baterai litium atau baterai kendaraan listrik, sedangkan kobalt sulfat (CoSO4) sebagai material katoda baterai lithium.