Saham empat bank kakap akhir-akhir ini agak berat untuk menanjak. Meski begitu para analis masih memberikan rekomendasi overweight pada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Head of Research Team II Mirae Asset Handiman Soetoyo menilai kinerja perusahaan di sektor keuangan, khususnya emiten perbankan akan terus menarik.
Menurutnya empat bank besar tersebut membukukan laba stabil di bulan Mei. Sementara itu, pendapatan BBRI masih lesu akibat melonjaknya beban bunga dan provisi. BBCA dan BMRI kembali menjadi penerima manfaat utama dari kenaikan suku bunga karena eksposur mereka yang cukup besar di segmen korporasi, sehingga otomatis menikmati imbal hasil pinjaman yang meningkat.
“Bahkan pendapatan lima bulan BBCA mengalahkan perkiraan kami dan konsensus, sementara pendapatan BBRI, BMRI, dan BBNI sejalan,” katanya dalam riset, Kamis (13/7).
Saat memasuki musim pendapatan untuk hasil semester I 2023 dalam 2-3 minggu ke depan, Handiman mengantisipasi hasil yang relatif sejalan dari empat bank besar kecuali BBCA.
Di mana pertumbuhan pinjaman meningkat 9,4% secara tahunan di bulan Mei dengan total pinjaman dalam sistem perbankan di Rp 6.577 triliun. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi tersebut terutama didorong oleh permintaan yang kuat seiring dengan peningkatan kinerja di segmen korporasi. Serta dibarengi dengan likuiditas yang cukup dan kebijakan penyaluran kredit yang longgar.
Sedangkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) kotor berkurang menjadi 2,52% yang diyakini sebagian disebabkan oleh pertumbuhan pinjaman yang lebih kuat.
“BBCA dapat terus mengesankan pasar karena pertumbuhan profitabilitasnya yang luar biasa, didorong oleh ekspansi net interest margin (NIM,) pertumbuhan non II, dan cost of credit yang lebih rendah. Kami mempertahankan sikap overweight kami di sektor perbankan dengan BBCA dan BMRI tetap menjadi pilihan utama kami,” ucap Handiman.
Sementara itu investor asing kembali masuk ke saham BBCA dan BBRI. Pada perdagangan Selasa (12/7) asing memborong saham BBCA sebanyak Rp 562,6 miliar dan membuat harganya naik 1,66% menjadi Rp 9.175. Lalu asing juga menyerbu saham BBRI sebanyak Rp 572,5 miliar dan membuat harganya naik 0,46% ke Rp 5.450 per lembar.
Hal ini membuat indeks harga saham gabungan naik 0,17% ke level 6.808 pada perdagangan Selasa dan tertinggi sejak 11 Mei 2023 atau dalam dua bulan terakhir.
Kembali masuknya pemodal asing diyakini menjadi katalis kuat kenaikan harga saham empat bank besar. Apalagi keempat bank itu masuk 10 emiten dengan market cap terbesar di BEI. Dengan demikian, pergerakan empat saham bank itu menentukan kinerja IHSG.
Sebelumnya merujuk riset BRI Danareksa Sekuritas, modal asing sebesar Rp 2,3 triliun meninggalkan saham empat bank besar selama 1 Juni hingga 7 Juli 2023. Perinciannya, capital outflow BBCA mencapai Rp 1 triliun, terbesar di antara seluruh emiten BEI, lalu BMRI Rp 855 miliar, BBRI Rp 255 miliar, dan BBNI Rp 204 miliar. BRI Danareksa Sekuritas menilai, hal itu dipicu terus berlanjutnya rotasi aliran dana asing ke sektor-sektor yang masih tertinggal.
Sementara itu Analis BCA Sekuritas Andre Benas mengamati arus keluar, terutama BBCA, BBNI dan BMRI. Meskipun tidak ada yang mendesak dalam hal fundamental, ia mencatat sedikit aksi ambil untung yang dilakukan investor.
“Namun jika anda masih yakin dengan perbankan dan pendapatan, kami sarankan anda mempertahankan overweight di sektor perbankan, sebagai penghasil NIM. Selain itu, pertumbuhan pinjaman harus cukup untuk memenuhi ekspektasi investor di 2023. Kami tetap memilih BBRI, BMRI, BBNI, dan BBCA,” katanya.
Pasar tambah Andre tampaknya telah menetapkan harga dalam moderasi di NIM baru-baru ini, karena adanya volume arus keluar yang cukup besar untuk 4 bank besar. Namun demikian, harga saham keempatnya cukup stabil untuk beberapa waktu, sehingga tidak akan ada tekanan negatif atau sentimen positif saat ini. Rata-rata kualitas asetnya pun tampaknya telah membaik.
Di mana NPL telah turun di bawah tingkat industri. Cakupan NPL untuk sebagian besar bank lebih tinggi, meskipun NPL lebih rendah, yang mengindikasikan adanya ketentuan penyangga.
“Oleh karena itu, kami memperkirakan pencadangan akan memainkan peran yang lebih besar di semester II 2023, dalam upaya memenuhi harapan investor. BBRI bertahan sebagai top pick kami, diikuti oleh BMRI dan BBNI,” katanya.