Operator nirkabel terbesar di Malaysia, Axiata Group Bhd dan konglomerat Indonesia PT Sinar Mas Group menghidupkan kembali wacana penggabungan atau merger atas penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia.

Menurut sumber Bloomberg, Selasa (5/9) PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dikabarkan sudah membicarakan ini dengan para penasihat untuk membantu penjajakan potensi transaksi. Opsi-opsi lain yang sedang dipertimbangkan adalah perjanjian berbagi jaringan dan kemitraan.

Adapun pembicaraan masih dalam tahap awal dan belum ada kepastian bahwa kesepakatan apapun akan terjadi.

Opsi merger keduanya, pada awalnya ramai dibicarakan pada tahun 2021. Langkah itu menyusul merger PT Indosat Tbk (ISAT) dan Tri Indonesia yang berlangsung sukses dan tampaknya menjadi inspirasi operator lain untuk melakukan hal serupa.

Aksi merger ini tak dipungkiri salah satunya untuk 5G, operator telekomunikasi membutuhkan 100 MHz agar dapat memberikan layanan 5G secara optimal. Tak dipungkiri pula opsi merger menjadi solusi karena membuat perusahaan lebih sehat, baik itu secara keuangan, penguasaan frekuensi dan juga pelanggan.

Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan, perusahaan masih akan menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut ke depannya.

“Belum ada pembicaraan, tapi mudah-mudahan saja,” kata Merza kepada Katadata.co.id, Selasa (5/9).

 

Sementara perwakilan dari XL Axiata mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengomentari spekulasi. Axiata selalu mencari kolaborasi dan kemitraan strategis, dan berharap untuk tumbuh secara berkelanjutan di seluruh wilayah geografisnya, kata seorang juru bicara.

Pembicaraan baru antara Axiata dan Sinar Mas akan mengikuti upaya-upaya lain yang gagal pada tahun-tahun sebelumnya.

Sebagai informasi, XL Axiata memiliki 58 juta pelanggan per 30 Juni. Di mana Axiata memiliki sekitar 66% atas saham perusahaan ini. Sedangkan Smartfren, sebuah unit dari Sinar Mas memiliki 36 juta pelanggan pada akhir tahun 2022.

Saham XL Axiata telah naik sekitar 18% tahun ini, dengan nilai perusahaan mencapai US$ 2,2 miliar. Sedangkan saham Smartfren telah turun sekitar 18%, dengan nilai perusahaan sekitar US$ 1,2 miliar.