PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) menandatangani nota kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Korea Development Bank (KDB). Lewat kesepakatan itu, Pemerintah Korea dan Indonesia akan memperdalam kerja sama bilateral dalam penggunaan sumber daya mineral utama, rantai pasok bahan baku baterai, dan industri-industri terkait.
Penandatangan nota kesepakatan antara KDB dan MBMA berlangsung di sela-sela pertemuan industri baterai sekunder Korea-Indonesia di Jakarta. Pertemuan itu dihadiri oleh Korea Development Bank Chairman Kang Seok-hoon dan Komisaris Utama MBMA Edwin Soeryadjaya.
"Melalui kerja sama ini, Korea Development Bank akan mendukung perusahaan-perusahaan Korea untuk mengamankan pasokan nikel jangka panjang dari Indonesia dan memuluskan implementasi sejumlah kerja sama antara perusahaan-perusahaan Korea dan MBMA," demikian pernyataan tertulis KBD. MBMA adalah perusahaan publik yang mengoperasikan tambang nikel dan smelter yang digunakan untuk memproduksi baterai sekunder.
Lewat kerja sama ini, KDB akan menjadi agen utama untuk mengembangkan kerja sama ekonomi yang dilakukan perusahaan-perusahaan Korea dan Indonesia untuk menciptakan ekosistem industri baterai sekunder di Korea maupun Indonesia dalam jangka panjang.
MBMA saat ini tengah membangun pabrik baterai yang terintegrasi dengan tambang nikel. Pabrik tersebut ditargetkan selesai dibangun pada 2025. "Proyek utama kami adalah pengembangan pabrik baterai dalam konsesi penambangan kami," ujar Direktur MBMA Andrew Starkey dalam Nickel Conference 2023, di Jakarta, Selasa (25/7).
Pabrik baterai tersebut menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) dengan kapasitas 60.000 ton dan pembangunannya membutuhkan investasi US$ 1,28 miliar. Setelah rampung, pabrik baterai it akan berkontribusi sekitar 25% terhadap EBITDA perusahaan.